Saturday, January 2, 2016

Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan: Pengendalian Secara Nabati

PENGENDALIAN SECARA NABATI
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)







Oleh

Indah Dewi Saputri
1414121109
Kelompok 1













JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015










I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Bioekologi penyakit tanaman merupakan mata kuliah yang amat berpengaruh untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai penyebab penyakit tanaman dan penyakit tanaman itu sendiri. Sebuah dasar yang sangat penting, mengingat urgensinya yaitu mikroorganisme sebagai penyebab sehat dan penyakit, agen pendaur ulang di alam, simbion tanaman penghasil pangan, dll.

Dalam mempelajari Bioekologi penyakit tanaman, tentu saja banyak yang harus di perdalam melalui pengalaman empirik yang bisa di dapat melalui praktikum di laborarorium yang bersangkutan. pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik (Suwahyono, 2005).

Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama.Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan (Agus, 2010).


1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini ialah :
1.        Mengetahui kemampuan pestisida nabati dalam mengendalikan/ menekan Colletotrichum museu
2.        Mengetahui perbandingan lama waktu pertumbuhan biakan di cawan control dan cawan berisi campuran PDA dan rempah-rempah










II. METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini adalah pada tanggal 27 November 2015, pukul 13.00 - 15.00 WIB di laboratorium ilmu penyakit tanaman jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung.

2.2 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pembakar bunsen, tisu, cawan petri, plastic wrap, label, jarum ose dan Laminar Air Flow.

Sedangkan, bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biakan Colletotrichum museu, campuran media PDA& rempah, dan alkohol.

2.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum ini ialah :
1. Alat dan tangan disterilisasi.
2. Colletotrichum museu dimasukkan di dalam cawan (bekerja secara aseptik)
3. Dibungkus dengan menggunakan plastic wrap lalu diberi label.
4. Diamati






III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil

Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah  :

No
Variabel Kontrol
(0%)
Konsentrasi Kencur
(5%)
Keterangan
1


Senin, 30 November 2015
Diameter koloni jamur pada cawan kontrol 1,7+1,7
Sedangkan pada cawan berisi media PDA dan kencur 0,8+0,8

2


Selasa, 1 Desember 2015
Diameter koloni jamur pada cawan kontrol 2,7+2,7
Sedangkan pada cawan berisi media PDA dan kencur 1,6+1,6



3
Rabu, 3 Desember 2015
Diameter koloni jamur pada cawan kontrol 3,4+3,4
Sedangkan pada cawan berisi media PDA dan kencur 2+2,1


3.2 Pembahasan

Menurut Thamrin dkk, (2008), Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama serangga

Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat menyelamatkan musuhmusuh alami (Untung, 1993).

Insektisida nahati adalah herasal dari bahan tumbuhan yang diekstraksi kemudian diproses men,jadi konsentrat dengan tidak mengubah struktur kimianya. Insektisida ini mudah terurai atau terdegradari sehingga tidak persisten di alam ataupun pada bahan makanan. Oleh karena itu insketisida nabati sangat aman hagi manusia dan lingkungan sera disamping itu pula untuk mendukung pertanian organik dan di lain pihak untuk mengurangi penggunaan insektisida sintetis, diperlukan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan dan murah harganya. Salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida yang hcrasal dari bahan alami asal tumbuhan. Insektisida nahati ini memiliki sifat spesifik sehingga arnan hagi musuh alami hama. Residunya pun mudah terurai sehingga aman hagi lingkungan. Bahan bakunya dapat diperoleh dengan mudah dan murah (Indriani, 2006).
Berikut taksonomi dari kencur:
kingdom                     : Plantae (Tumbuhan)
subkingdom               : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
super divisi                 : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
divisi                          : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
kelas                           : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
sub Kelas                   : Commelinidae
ordo                           : Zingiberales
family                         : 
Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
genus                          : 
Kaempferia
spesies                        : Kaempferia galanga L.

Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil sinnamat dan metil p-metoksi sinamat yang banyak digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. Banyaknya manfaat kencur memungkinkan pengembangan pembudidayaannya dilakukan secara intensif yang disesuaikan dengan produk akhir yang diinginkan. Produksi, mutu dan kandungan bahan aktif didalam rimpang kencur ditentukan oleh varietas yang digunakan, cara budidaya dan lingkungan tempat tumbuhnya. Selain itu, karena kualitas mutu simplisia bahan baku industri ditentukan oleh proses budidaya dan pascapanennya, maka perlu disosialisasikan GAP (Good Agricultural Practices) dan GMP (Good Manufacture Practices), melalui penerapan standar prosedur operasional (SPO) budidaya tanaman.
Secara umum dikenal dua tipe kencur, yaitu jenis berdaun  lebar dan berdaun sempit. Kencur merupakan terna kecil daunnya lebar, letaknya mendatar, hampir rata dengan permukaan tanah. Bunganya tersusun dalam bulir. Mahkota bunga berjumlah 4-12, rimpangnya bercabang-cabang banyak sekali, dibagian terletak diatas tanah. pada akarnya sering kali terdapat umbi yang betuknya bulat. Warnanya putih kekuningan, bagian tengahnya berwarna putih, sedangkan pinggirnya berwarna coklat, berbau harum(Hernani, 2001).

Kencur digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah yang lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur didaerah dataran atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Daging buah kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat.jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4-12 buah, bibir bunga berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominant. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan kencur dapat ditanam dalam pot atau dikebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka (Thomas, 1989).






IV. KESIMPULAN


Dari hasil pengamatan dapat diperoleh kesimpulan :
1.        Pestisida nabati dapat menghambat pertumbuhan patogen
2.        Ekstrak kencur dapat digunakan sebagai pestisida nabati
3.        Pada cawan control, biakan berkembang lebih luas
4.        Pada cawan berisi ekstrak kencur, patogen tertekan sehingga pertumbuhannya terhambat
5.        Patogen di cawan control berkembang lebih cepat dibanding pada cawan berisi campuran PDA dan kencur







DAFTAR PUSTAKA


Agus,S. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman: Pangan,Holtikultura,dan Perkebunan Masalah dan Solusinya. Kanisius .Yogyakarta.

Hernani, 2001, Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Bogor

Indriani, T. 2006. Kemanjuran Beberapa Jenis Tumbuhan Rawa Yang Berpotensi Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Ulat Buah (DIAPHANIA INDICA ). Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 1 (1): hal 1-4.

Suwahyono dan Wahyudi. 2005. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah University Press. Yogyakarta.

Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Jakarta: balai pertanian lahan rawa.

Thomas, A.N.S., 1989, Tanaman Obat Tradisional, 120-121, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga.



0 comments:

Post a Comment

 
Envy White Rose Blogger Template by Ipietoon Blogger Template