PENGENDALIAN SECARA NABATI
(Laporan
Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)
Oleh
Indah Dewi Saputri
1414121109
Kelompok 1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioekologi
penyakit tanaman merupakan mata kuliah yang amat berpengaruh untuk memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai penyebab penyakit tanaman dan penyakit tanaman itu
sendiri. Sebuah dasar yang sangat penting, mengingat urgensinya yaitu mikroorganisme
sebagai penyebab sehat dan penyakit, agen pendaur ulang di alam, simbion
tanaman penghasil pangan, dll.
Dalam
mempelajari Bioekologi penyakit tanaman, tentu saja banyak yang harus di
perdalam melalui pengalaman empirik yang bisa di dapat melalui praktikum di
laborarorium yang bersangkutan. pengendalian hama secara biologi/hayati
adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai
organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator,
parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme
(termasuk virus), pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi
makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik (Suwahyono, 2005).
Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur,
dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk
menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama.Pengendalian hayati,
walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit
(inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif
permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan
menyebabkan pencemaran lingkungan (Agus, 2010).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya
praktikum ini ialah :
1.
Mengetahui kemampuan pestisida nabati
dalam mengendalikan/ menekan Colletotrichum
museu
2.
Mengetahui perbandingan lama waktu
pertumbuhan biakan di cawan control dan cawan berisi campuran PDA dan
rempah-rempah
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini
adalah pada tanggal 27 November 2015, pukul 13.00 - 15.00 WIB di laboratorium
ilmu penyakit tanaman jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah pembakar bunsen, tisu, cawan petri, plastic
wrap, label, jarum ose dan Laminar
Air Flow.
Sedangkan, bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah biakan Colletotrichum museu, campuran
media PDA& rempah, dan alkohol.
2.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini ialah :
1. Alat dan tangan disterilisasi.
2. Colletotrichum museu dimasukkan di dalam
cawan (bekerja secara aseptik)
3. Dibungkus dengan menggunakan plastic wrap lalu diberi label.
4. Diamati
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Adapun
hasil pengamatan dari praktikum ini adalah :
No
|
Variabel Kontrol
(0%)
|
Konsentrasi Kencur
(5%)
|
Keterangan
|
1
|
Senin, 30 November 2015
Diameter koloni jamur pada cawan kontrol 1,7+1,7
Sedangkan pada cawan berisi media PDA dan kencur 0,8+0,8
|
||
2
|
Selasa, 1 Desember 2015
Diameter koloni jamur pada cawan kontrol 2,7+2,7
Sedangkan pada cawan berisi media PDA dan kencur 1,6+1,6
|
3
|
![]() |
![]() |
Rabu, 3 Desember 2015
Diameter koloni jamur pada cawan kontrol 3,4+3,4
Sedangkan pada cawan berisi media PDA dan kencur 2+2,1
|
3.2 Pembahasan
Menurut
Thamrin dkk, (2008), Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya
berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau
buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah
berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan
metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk
diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati
sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya
dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara
tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang
tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun
40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai
pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama
serangga
Pestisida
alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti
tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi
masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena
bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun
lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan mengakibatkan
resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat menyelamatkan musuhmusuh
alami (Untung, 1993).
Insektisida nahati adalah herasal dari bahan tumbuhan yang
diekstraksi kemudian diproses men,jadi konsentrat dengan tidak mengubah
struktur kimianya. Insektisida ini mudah terurai atau terdegradari sehingga
tidak persisten di alam ataupun pada bahan makanan. Oleh karena itu insketisida
nabati sangat aman hagi manusia dan lingkungan sera disamping itu pula untuk
mendukung pertanian organik dan di lain pihak untuk mengurangi penggunaan
insektisida sintetis, diperlukan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan
dan murah harganya. Salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida yang
hcrasal dari bahan alami asal tumbuhan. Insektisida nahati ini memiliki sifat
spesifik sehingga arnan hagi musuh alami hama. Residunya pun mudah terurai
sehingga aman hagi lingkungan. Bahan bakunya dapat diperoleh dengan mudah dan
murah (Indriani, 2006).
Berikut taksonomi dari kencur:
kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
sub Kelas : Commelinidae
ordo : Zingiberales
family : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
genus : Kaempferia
spesies : Kaempferia galanga L.
subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
sub Kelas : Commelinidae
ordo : Zingiberales
family : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
genus : Kaempferia
spesies : Kaempferia galanga L.
Kencur
(Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional
(jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah,
serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik
kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk,
disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri didalam
rimpang kencur mengandung etil sinnamat dan metil p-metoksi sinamat yang banyak
digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan
anti jamur. Banyaknya manfaat kencur memungkinkan pengembangan pembudidayaannya
dilakukan secara intensif yang disesuaikan dengan produk akhir yang diinginkan.
Produksi, mutu dan kandungan bahan aktif didalam rimpang kencur ditentukan oleh
varietas yang digunakan, cara budidaya dan lingkungan tempat tumbuhnya. Selain
itu, karena kualitas mutu simplisia bahan baku industri ditentukan oleh proses
budidaya dan pascapanennya, maka perlu disosialisasikan GAP (Good Agricultural
Practices) dan GMP (Good Manufacture Practices), melalui penerapan standar
prosedur operasional (SPO) budidaya tanaman.
Secara
umum dikenal dua tipe kencur, yaitu jenis berdaun lebar dan berdaun
sempit. Kencur merupakan terna kecil daunnya lebar, letaknya mendatar, hampir
rata dengan permukaan tanah. Bunganya tersusun dalam bulir. Mahkota bunga
berjumlah 4-12, rimpangnya bercabang-cabang banyak sekali, dibagian terletak
diatas tanah. pada akarnya sering kali terdapat umbi yang betuknya bulat.
Warnanya putih kekuningan, bagian tengahnya berwarna putih, sedangkan
pinggirnya berwarna coklat, berbau harum(Hernani, 2001).
Kencur
digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah yang
lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur
didaerah dataran atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak
air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Daging buah kencur berwarna
putih dan kulit luarnya berwarna coklat.jumlah helaian daun kencur tidak lebih
dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk
dengan mahkota bunga berjumlah antara 4-12 buah, bibir bunga berwarna lembayung
dengan warna putih lebih dominant. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim
tertentu, yaitu pada musim penghujan kencur dapat ditanam dalam pot atau
dikebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka
(Thomas, 1989).
IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat
diperoleh kesimpulan :
1.
Pestisida nabati dapat menghambat
pertumbuhan patogen
2.
Ekstrak kencur dapat digunakan sebagai
pestisida nabati
3.
Pada cawan control, biakan berkembang
lebih luas
4.
Pada cawan berisi ekstrak kencur,
patogen tertekan sehingga pertumbuhannya terhambat
5.
Patogen di cawan control berkembang
lebih cepat dibanding pada cawan berisi campuran PDA dan kencur
DAFTAR PUSTAKA
Agus,S. 2010. Hama dan Penyakit
Tanaman: Pangan,Holtikultura,dan Perkebunan Masalah dan Solusinya. Kanisius .Yogyakarta.
Hernani, 2001, Budidaya Tanaman
Obat Komersial. Penebar Swadaya. Bogor
Indriani, T. 2006. Kemanjuran Beberapa Jenis Tumbuhan Rawa Yang
Berpotensi Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Ulat Buah (DIAPHANIA INDICA
). Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 1 (1): hal
1-4.
Suwahyono dan
Wahyudi. 2005. Penyakit-Penyakit Tanaman
Hortikultura Di Indonesia. Gadjah University Press. Yogyakarta.
Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan
Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Jakarta: balai pertanian lahan rawa.
Thomas,
A.N.S., 1989, Tanaman Obat Tradisional,
120-121, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Untung, 1993. Pestisida
Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga.
0 comments:
Post a Comment