Wednesday, March 8, 2017

PENGENALAN ALAT APLIKASI PESTISIDA



1.        Semi-automatic Sprayer

Prinsip kerja dari alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Biasanya dilakukan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization) untuk memperoleh butiran halus, yaitu tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.

Kelebihan dari alat ini adalah mampu menampung kapasitas air sampai 16-18 liter dan terbuat dari logam besi. Sedangkan kekurangannya adalah komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan diantaranya ialah batang torak mudah patah, paking karet sering sobek, katup bocor,  ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tabung pompa bocor, dan  tali gendong putus (Novizan, 2002).


2.Automatic Sprayer
Prinsip kerja alat penyemprot ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yaitu cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.

Kelebihan menggunakan alat ini adalah karena komponen yang digunakan relatif sederhana untuk dioperasikan, fleksibel dan dengan perubahan sedikit dapat digunakan untuk sasaran organisme yang lain. Sedangkan kekurangannya adalah droplet dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas mengakibatkan banyak pestisida yang terbuang dan penggunaan komponen khususnya nosel yang mengharuskan seringnya penggantian alat (Widianto, 2001).

3.             Mist Blower

Prinsip kerja alat ini adalah menghembuskan cairan seperti pestisida menjadi butir-butir kecil (droplet) oleh bantuan tenaga angin yang kuat dari blower, sehingga dapat dikatakan bahwa mesin itu adalah mesin penyemprot dengan sistem tekanan angin. Karena dapat menghembuskan cairan yang lebih sedikit dan lebih efektif, maka dapat menghemat tenaga kerja dan efesiensi pemberantasan hama yang lebih besar. Kelebihan alat ini adalah lebih praktis karena mesin lebih karena dapan menembus gulma di semak-semak yang dalam. Sedangkan kekurangan dari alat ini adalah harganya yang mahal serta alat lebih berat (Endah, 2005).

4.        Swing Fog
Swing fog bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan bakar bensin dan udara secara berseri dibakar dalam ruang pembakaran yang berbentuk khusus pada getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas hasil pembakaran keluar melalui pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran. Larutan bahan kimia diujung resonator, lewat arus pulsa gas, kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil, dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal. Temperatur diujung resonator, tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara 40 sampai 60 derajat Celcius tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan kimia yang terkena panas disini, tidak lebih dari 4 sampai 5 mili detik. Oleh sebab itu bahan kimia yang peka terhadap panas dapat dipakai.

Kelebihan swing fog ini adalah dapapt menjangkau area yang cukup luas. Sedangkan  kekurangan alat ini yaitu hanya efektif selama beberapa saat, asap fogging mudah menguap karena udara terlalu panas, dapat mengganggu saluran pernapasan, dan efek toksin terhadap penyakitnya idak bertahan lama (Djojosumarto, 2008).

5.                    Soil Injector
Prinsip kerja alat ini adalah diinjeksikan secara langsung ke dalam tanah, bisa digunakan untuk pestisida dengan formulasi EC.  Alat ini bekerja seperti halnya jarum suntik, namun yang menjadi objek bidikan adalah tanah yang terkena hama yang terdapat dalam tanah. Kelebihan alat ini yaitu dapat secara langsung membunuh organisme pengganggu yang berada dalam tanah. Sedangkan kekurangannya yaitu dapat membunuh mikroorganisme tanah lainnya yang bermanfaat (Pracaya, 2008).

6.        Micron Ulva

Prinsip kerja alat ini yaitu komponen utamanya adalah piringan atau cakram yang berputar.  Cairan semprot dialirkan ke nozzle pada cakram tersebut. Selanjtunya cakram yang berputar itu akan memecah cairan menjadi droplet oleh gaya sentrifugal.  Pola semprotan berupa lingkaran, ukuran dropletnya bervariasi tergantung pada kecepatan putaran cakram.  Ukuran droplet untuk mikron ulva sangat halus dan seragam. Enzimnya menggunakan baterai 1,5 volt memenuhi sepanjang pipa (± 6 buah).  Setelah saklar dihidupkan maka dinamo akan berputar sehingga kincir juga berputar dan cairan keluar. Bahan untuk aplikasinya adalah ULV yaitu bahan aktif langsung, tanpa air tetapi bentuknya sudah berupa cairan.

Kelebihan dari alat ini yaitu alat begitu simple dan ringan dan mudah digunakan. Sedangkan kekurangannya adalah daya tampung yang sedikit menyebabkan sedikit pula luas lahan yang bisa diaplikasikan dan harus mengisi lagi alat dengan pestisida (Djojosumarto, 2008).

7.                    Semi-Automatic Sprayer

Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan petani di lapangan adalah jenis ini, namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1977 di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi, dsb. Masalah lain adalah kebanyakan pest yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi. Bagian-bagian alat semprot semi otomatis antara lain tuas penyemprot, noozle, batang semprot, mult tangki, memiliki satu tabung untuk menampung cairan pestisida sekaligus menampung tekanan udara serta tali untuk menggendong alat. Kapasitas atau daya tampung alat 17 liter dan terbuat dari logam besi (Djojosumarto, 2008).




DAFTAR PUSTAKA:


Agrios, George W. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Ekha Isuasta, 1988. Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius

Endah. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Agromedia Pustaka.  Jakarta.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan.

Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman. USU Press. Medan.

Widianto, R. 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.



0 comments:

Post a Comment

 
Envy White Rose Blogger Template by Ipietoon Blogger Template