Prinsip
kerja dari alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang
menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian
pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman.
Biasanya dilakukan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization) untuk memperoleh
butiran halus, yaitu tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai
tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat
pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir
melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah
menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
Kelebihan
dari alat ini adalah mampu menampung kapasitas air sampai 16-18 liter dan
terbuat dari logam besi. Sedangkan kekurangannya adalah komponen-komponen
sprayer yang sering mengalami kerusakan diantaranya ialah batang torak mudah
patah, paking karet sering sobek, katup bocor,
ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak,
tabung pompa bocor, dan tali gendong
putus (Novizan, 2002).
2.Automatic
Sprayer
Prinsip
kerja alat penyemprot ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus
yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida
akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk
memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses
pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yaitu cairan di dalam tangki dipompa
sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang
karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir
melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah
menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
Kelebihan
menggunakan alat ini adalah karena komponen yang digunakan relatif sederhana
untuk dioperasikan, fleksibel dan dengan perubahan sedikit dapat digunakan
untuk sasaran organisme yang lain. Sedangkan kekurangannya adalah droplet
dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas mengakibatkan banyak pestisida yang
terbuang dan penggunaan komponen khususnya nosel yang mengharuskan seringnya
penggantian alat (Widianto, 2001).
Prinsip
kerja alat ini adalah menghembuskan cairan seperti pestisida menjadi
butir-butir kecil (droplet) oleh bantuan tenaga angin yang kuat dari blower,
sehingga dapat dikatakan bahwa mesin itu adalah mesin penyemprot dengan sistem
tekanan angin. Karena dapat menghembuskan cairan yang lebih sedikit dan lebih
efektif, maka dapat menghemat tenaga kerja dan efesiensi pemberantasan hama
yang lebih besar. Kelebihan alat ini adalah lebih praktis karena mesin lebih
karena dapan menembus gulma di semak-semak yang dalam. Sedangkan kekurangan
dari alat ini adalah harganya yang mahal serta alat lebih berat (Endah, 2005).
4. Swing
Fog
Swing
fog bekerja berdasarkan prinsip semburan berpulsa. Campuran bahan bakar bensin
dan udara secara berseri dibakar dalam ruang pembakaran yang berbentuk khusus
pada getaran sekitar 90 pulsa per detik. Gas hasil pembakaran keluar melalui
pipa yang lebih kecil dari ruang pembakaran. Larutan bahan kimia diujung
resonator, lewat arus pulsa gas, kemudian pecah menjadi jutaan partikel kecil,
dihembuskan ke udara dalam bentuk kabut tebal. Temperatur diujung resonator,
tempat cairan bahan kimia mengalir berkisar antara 40 sampai 60 derajat Celcius
tanpa mengurai komposisi bahan aktif, larutan bahan kimia yang terkena panas
disini, tidak lebih dari 4 sampai 5 mili detik. Oleh sebab itu bahan kimia yang
peka terhadap panas dapat dipakai.
Kelebihan
swing fog ini adalah dapapt menjangkau area yang cukup luas. Sedangkan kekurangan alat ini yaitu hanya efektif
selama beberapa saat, asap fogging mudah menguap karena udara terlalu panas,
dapat mengganggu saluran pernapasan, dan efek toksin terhadap penyakitnya idak
bertahan lama (Djojosumarto, 2008).
5. Soil
Injector
Prinsip
kerja alat ini adalah diinjeksikan secara langsung ke dalam tanah, bisa digunakan
untuk pestisida dengan formulasi EC.
Alat ini bekerja seperti halnya jarum suntik, namun yang menjadi objek
bidikan adalah tanah yang terkena hama yang terdapat dalam tanah. Kelebihan
alat ini yaitu dapat secara langsung membunuh organisme pengganggu yang berada
dalam tanah. Sedangkan kekurangannya yaitu dapat membunuh mikroorganisme tanah lainnya
yang bermanfaat (Pracaya, 2008).
Prinsip
kerja alat ini yaitu komponen utamanya adalah piringan atau cakram yang
berputar. Cairan semprot dialirkan ke
nozzle pada cakram tersebut. Selanjtunya cakram yang berputar itu akan memecah
cairan menjadi droplet oleh gaya sentrifugal.
Pola semprotan berupa lingkaran, ukuran dropletnya bervariasi tergantung
pada kecepatan putaran cakram. Ukuran
droplet untuk mikron ulva sangat halus dan seragam. Enzimnya menggunakan
baterai 1,5 volt memenuhi sepanjang pipa (± 6 buah). Setelah saklar dihidupkan maka dinamo akan
berputar sehingga kincir juga berputar dan cairan keluar. Bahan untuk
aplikasinya adalah ULV yaitu bahan aktif langsung, tanpa air tetapi bentuknya
sudah berupa cairan.
Kelebihan
dari alat ini yaitu alat begitu simple dan ringan dan mudah digunakan.
Sedangkan kekurangannya adalah daya tampung yang sedikit menyebabkan sedikit
pula luas lahan yang bisa diaplikasikan dan harus mengisi lagi alat dengan
pestisida (Djojosumarto, 2008).
7. Semi-Automatic
Sprayer
Prinsip
kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang
menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian
pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman.
Untuk memperoleh butiran halus, Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui
celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi
partikel-partikel yang sangat halus. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan
bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan petani di lapangan adalah jenis ini,
namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang
dilakukan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1977 di beberapa tempat di
Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan.
Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain
: tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering
sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak,
tali gendong putus, sambungan las korosi, dsb. Masalah lain adalah kebanyakan
pest yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer
yang kurang menunjang aplikasi. Bagian-bagian alat semprot semi otomatis antara
lain tuas penyemprot, noozle, batang semprot, mult tangki, memiliki satu tabung
untuk menampung cairan pestisida sekaligus menampung tekanan udara serta tali
untuk menggendong alat. Kapasitas atau daya tampung alat 17 liter dan terbuat
dari logam besi (Djojosumarto, 2008).
DAFTAR PUSTAKA:
Agrios, George W. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan
Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Djojosumarto,
Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya.
PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Ekha Isuasta, 1988.
Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius
Endah. 2005.
Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Novizan.
2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida.
Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan.
Pracaya.
2008. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman. USU Press. Medan.
Widianto,
R. 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida.
Penebar Swadaya. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment