(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tanaman)
Oleh
Indah Dewi Saputri
1414121109
LABORATORIUM
ILMU HAMA TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hama adalah
organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari
manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah
ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut
hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen
penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Serangga merupakan kelompok hewan
yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah
total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000
spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal
sebagai hama (Kalshoven 1981).
Pracaya (2008),
menyatakan bahwa bentuk sayap setiap golongan serangga berbeda-beda sehingga
dijadikan penentu dalam pengklasifikasian serangga. Umumnya akhiran kata nama
ordo serangga ada kata ptera yang berarti sayap. Misalnya diptera (lalat) yang
berarti serangga bersayap dua, coleoptera (kumbang) adalah serangga yang
bersayap penutup.lepidoptera (kupu-kupu) adalah serangga yang sayapnya berisik,
hemiptera (kutu busuk) adalah serangga yang bersayap setengah, hymenoptera
(lebah) adalah adalah serangga yang bersayap selaput (membran), dan orthoptera
(belalang) adalah serangga yang bersayap lurus.
Hama
terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Untuk dapat
menanggulangi hama yang menyerang tanaman, petani harus mengenali serangga/
hama tersebut. Oleh sebab itu, mahasiswa Agroteknologi wajib untuk mengetahui
dan mengenal ordo serangga yang menjadi hama tanaman. Setelah
melakukan
praktikum ini diharapkan mahaiswa dapat memahami perbedaan dari keempat ordo
yang dikenalkan.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui
contoh dari serangga dari ordo yang dikenalkan
2. Mengetahui
perbedaan dari paurometabola, holometabola dan ametabola
II.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Penggaris
2. Pena
3. Kertas
Sedangkan
bahan yang digunakan adalah :
1.
Spesimen dari serangga ordo ortoptera, thysanoptera, diptera, dan coleoptera
2.2 Cara Kerja
Adapun
cara kerja dari praktikum ini adalah :
1. Spesimen
diamati, lalu dicatat, digambar, dan diamati ciri cirinya.
III.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Pengamatan
Berikut
hasil dari pengamatan yang kami lakukan :
No
|
Nama
|
Foto
|
Gambar
|
1
|
Belalang
(Valanga nigricornis)
Ordo:
Orthoptera
Famili:
Acrididae
|
![]() |
|
2
|
Cocopet
(Chelisoches morio)
Ordo:
Dermaptera
Famili:
Chelisochenidae
|
![]() |
|
3
|
Thrips
(Thrips sp)
Ordo:
Thysanoptera
Famili:
Thripidae
|
![]() |
4
|
Penggerek
Buah Kopi (Hyponemus hampei)
Ordo:
Coleoptera
Famili:
Curculionidae
|
![]() |
|
5
|
Penggorok
Daun (Liriomiza sp)
Ordo:
Diptera
Famili:
Agromyzidae
|
![]() |
1.1
Pembahasan
1.1.1
Orthoptera
Sebagian
anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya
yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini
umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap
belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang
membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap
belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.) (Arief, 1994).
1.1.2
Dermaptera
cocopet yang merupakan predator hama
kumbang janur kelapa (Brontispa longissima, Plesispa reichei) (Jelfina C.A
dkk., 2004; Jelfina C.A. 2009). Selain kumbang janur, cocopet juga merupakan
predator dari beberapa hama lain seperti Lalat buah pisang
(Bactrocera musae, banana fruit fly), Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus),
Brontispa sp, Peregrinus maidis (corn planthopper) dan kepik penghisap buah
lada (Dasynus piperis).
Siklus hidup cocopet (C. morio) kurang lebih 35,5 hari, seekor betina dapat
menghasilkan telur 200-300 butir dengan perbandingan seks rasio 1:1. Stadia
nimfa mengalami 5 instar. Kebanyakan jenis cocopet aktif pada malam hari
dibandingkan pada siang hari. Stadia nimfa 3, 4 dan imago sangat aktif dan
rakus .Informasi kemampuan memangsa cocopet sebagai predator hama kelapa sangat
penting diketahui. Selain untuk menunjukkan potensi dan manfaatnya sebagai
pengendali hayati, juga dapat memberikan gambaran tentang cara perbanyakan
dengan metode sederhana
1.1.3
Coleoptera
Anggota-anggotanya
ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai
predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap
depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra.
Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di
tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang
istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah
, umumnya mandibula berkembang dengan baik.
Pada
beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada
moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna
(holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong
(pupa) - dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda),
namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan
dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya
adalah : Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L) Kumbang janur kelapa ( Brontispa
longissima Gestr) Kumbang buas (predator) Coccinella sp (Jumar. 2000).
1.1.4
Diptera
Serangga
anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah,
predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di
depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada
dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia :
telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya hidup
di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai
hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh
anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis (
Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat parasitoid (
Diatraeophaga striatalis ). Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini
memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak
sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya
ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya
memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap
depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus.
Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit
lebih pendek daripada sayap depan.
Pada bagian
kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut
pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat
pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut
muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas
memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran,
yakni saluran makanan dan saluran ludah. Metamorfose bertipe sederhana
(paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa -
dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih
kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini
adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.) Kepik hijau
( Nezara viridula L) (Sudarmo, 1995)
1.1.5
Thysanoptera
Thrips pada cabe termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci. Pada
sub ordo ini
terdapat ovipositor yang berfungsi
untuk menusuk dan meletakkan telur kedalam
jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar,
langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/ setengah sempurna yaitu mulai
dari telur, kemudian nimfa muda berwarna putih atau kuning, baru stelah itu
menjadi thrips dewasa sebelum mengalami dua sampai empat instar. Thrips dapat
berkembang biak secara generatif (kawin) maupun vegetatif
melalui proses Phartenogenesis, misalnya thrips yang mengalami
phartenogenesis adalah Thrips tabaci yang menyerang tembakau. Perkembangbiakan
secara phartenogenesis akan menghasilkan serangga-serangga jantan.
Menurut Kalshoven (1981) bahwa imago betina Thrips
dapat meletakkan telur sekitar 15 butir secara berkelompok kedalam
jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubasi telur sekitar 7 hari.
Telur dari hama ini berbentuk oval
atau bahkan mirip seperti ginjal pada manusia,
imago betina akan memasukkkan telurnya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan
bantuan ovipositornya yang tajam. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak
terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang
besar,dengan rata-rata 80 butir tiap induk. letak telur akan mudah diketahui
dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya
disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur ini
akan menetas sekitar 3 atau7 hari setelah pelatakan oleh imago betina.
Bila kondisi menguntungkan dan makanan cukup tersedia, maka seekor trips
betina mampu meletakkan telur 200–250 butir. Telur berukuran sangat kecil,
biasanya diletakkan di jaringan muda daun, tangkai kuncup dan buah. Thrips muda
atau nimfa akan berwarna putih pucat atau pucat kekuningan sampai kepada
berwarna jernih. Biasanya Thrips muda ini gerakannya masih sangat lambat dan
pergerakannya hanya terbatas pada tempat dimana dia memperoleh makanan. Nimfa
terdiri dari empat instar, dan Instar pertama sudah mulai menyerang tanaman. sayap
baru akan terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari.
Nimfa trips instar pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih
jernih dan mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak
memakan jaringan tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah
menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit.
Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung,
biasanya dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips
instar ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya
meningkat. Pada akhir instar ini, trips biasanya mencari tempat di tanah atau
timbunan jerami di bawah kanopi tanaman. Pada stadium prapupa maupun pupa,
ukuran trips lebih pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan
berangsur berhenti Telur serta instar 1-4 sampai imago hama Thrips
Imago akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki
sayap yang ukurannya relatif
panjang dan sempit, imago ini tubuhnya berwarna
kuning pucat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago
betina dapat bertelur sampai 80 butir yang diletakkannya ke dalam jaringan
epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam.
Pada Imago, panjang sayap melebihi panjang perutnya. Ukuran trips betina
0,7–0,9 mm, trips jantan lebih pendek. Dalam satu tahun terdapat 8–12 generasi.
Pada musim kemarau, perkembangan telur sampai dewasa 13–15 hari dan stadium
dewasa berkisar 15–20 hari. bila suhu di sekitar tanaman meningkat, maka trips
akan berkembang sangatcepat.
Pada permukaan daun akan terdapat bercak-bercak yang berwarna putih
seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam jaringan sel-sel
yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak
tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka daun akan memutih
seluruhnya mirip seperti warna perak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah
menjadi warna coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang
terserang hebat maka tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga
terdapat bisul-bisul. Kotoran- kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan
daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman yang
diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja tumbuh,
bunga serta buah cabai yang masih muda.
Tanaman cabai yang pertumbuhannya lemah sering sekali mendapat serangan,
hal ini dikarenakan ketebalan epidermisnya yang kurang atau tidak normal. Maka akan
terjadi pertumbuhan yang abnormal sehingga pembentukan bunga dan buah akan
terhambat. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa
hama Thrips ini sudah menyerang tanaman cabai dimulai saat nimfa sampai kepada
imago. Artinya begitu telur menetas menjadi nimfa maka akan langsung menghisap
cairan tanaman. Nimfa biasanya bergerak jauh lebih lambat daripada imago, hal
ini penting untuk membedakan antara imago dengan nimfa, Kotoran hama
ini yang berbentuk seperti tetes hitam dapat
menutupi jaringan daun yang diserangnya sehingga daun berubah menjadi hitam
(Lutfi,2011).
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
dapat diambil adalah sebagai berikut :
1.
Cocopet adalah serangga dari ordo
dermaptera, belalang berasal dari ordo orthopter, Thrips dari ordo
thysanoptera, penggerek buah kopi dari ordo coleoptera, dan penggorok daun dari
ordo diptera.
2.
Paurometabola adalah metamorfosis tidak
sempurna, Holometabola adalah metamorfosis sempurna, dan serangga ametamorfosis
berarti tidak melalui proses metamorfosis. Perubahan yang terjadi hanya pada
ukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, arifin. 1994. Perlindungan
Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional: Surabaya.
Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius: Yogyakarta.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian.
Rineka cipta, Jakarta
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest
of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate oleh P. A. Vand der Lann.
Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta.
Pracaya. 2008. Hama dan
Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta
Jelfina C. Alouw, F. Tumewan dan
M.L.A Hosang. 2004. Pengendalian Hayati Hama Kumbang Bibit Kelapa Plesispa
reichei (Chapuis) (Coleoptera: Chrysomellidae). Makalah Pertemuan Pengembangan
Teknologi Perlindungan Perkebunan Regional Kalimantan T.A. 2004. Proyek
Proteksi Tanaman Perkebunan Kalimantan Barat, Pontianak. 2004.
Lutfi,2011, THRIPS (Thrips
Sp), http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/08/thrips-thrips-sp.html, diakses pada tanggal 12 Oktober
2015, pukul 19.00 WIB
0 comments:
Post a Comment