Monday, May 30, 2016

PENGENALAN ORDO ORTHOPTERA, THYSANOPTERA, DIPTERA, DAN COLEOPTERA

(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tanaman)






Oleh
Indah Dewi Saputri
1414121109














LABORATORIUM ILMU HAMA TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015




I.                   PENDAHULUAN


          1.1              Latar Belakang

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981).

Pracaya (2008), menyatakan bahwa bentuk sayap setiap golongan serangga berbeda-beda sehingga dijadikan penentu dalam pengklasifikasian serangga. Umumnya akhiran kata nama ordo serangga ada kata ptera yang berarti sayap. Misalnya diptera (lalat) yang berarti serangga bersayap dua, coleoptera (kumbang) adalah serangga yang bersayap penutup.lepidoptera (kupu-kupu) adalah serangga yang sayapnya berisik, hemiptera (kutu busuk) adalah serangga yang bersayap setengah, hymenoptera (lebah) adalah adalah serangga yang bersayap selaput (membran), dan orthoptera (belalang) adalah serangga yang bersayap lurus.

Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Untuk dapat menanggulangi hama yang menyerang tanaman, petani harus mengenali serangga/ hama tersebut. Oleh sebab itu, mahasiswa Agroteknologi wajib untuk mengetahui dan mengenal ordo serangga yang menjadi hama tanaman. Setelah

melakukan praktikum ini diharapkan mahaiswa dapat memahami perbedaan dari keempat ordo yang dikenalkan.

          1.2              Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
     1.    Mengetahui contoh dari serangga dari ordo yang dikenalkan
     2.    Mengetahui perbedaan dari paurometabola, holometabola dan ametabola




II.                METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1  Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1.      Penggaris
2.      Pena
3.      Kertas
Sedangkan bahan yang digunakan adalah :
1. Spesimen dari serangga ordo ortoptera, thysanoptera, diptera, dan coleoptera

2.2  Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah :
1.      Spesimen diamati, lalu dicatat, digambar, dan diamati ciri cirinya.


III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1              Hasil Pengamatan

Berikut hasil dari pengamatan yang kami lakukan :
No
Nama
Foto
Gambar
1
Belalang (Valanga nigricornis)
Ordo: Orthoptera
Famili: Acrididae
 

2
Cocopet (Chelisoches morio)
Ordo: Dermaptera
Famili: Chelisochenidae

 

3
Thrips (Thrips sp)
Ordo: Thysanoptera
Famili: Thripidae








4
Penggerek Buah Kopi (Hyponemus hampei)
Ordo: Coleoptera
Famili: Curculionidae



5
Penggorok Daun (Liriomiza sp)
Ordo: Diptera
Famili: Agromyzidae
 


           1.1              Pembahasan

1.1.1        Orthoptera
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. 

Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). 

Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.) (Arief, 1994).

1.1.2        Dermaptera
cocopet yang merupakan predator hama kumbang janur kelapa (Brontispa longissima, Plesispa reichei) (Jelfina C.A dkk., 2004; Jelfina C.A. 2009). Selain kumbang janur, cocopet juga merupakan predator dari beberapa hama lain seperti  Lalat buah pisang (Bactrocera musae, banana fruit fly), Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus), Brontispa sp, Peregrinus maidis (corn planthopper) dan kepik penghisap buah lada (Dasynus piperis).

Siklus hidup cocopet (C. morio) kurang lebih 35,5 hari, seekor betina dapat menghasilkan telur 200-300 butir dengan perbandingan seks rasio 1:1. Stadia nimfa mengalami 5 instar. Kebanyakan jenis cocopet aktif pada malam hari dibandingkan pada siang hari. Stadia nimfa 3, 4 dan imago sangat aktif dan rakus .Informasi kemampuan memangsa cocopet sebagai predator hama kelapa sangat penting diketahui. Selain untuk menunjukkan potensi dan manfaatnya sebagai pengendali hayati, juga dapat memberikan gambaran tentang cara perbanyakan dengan metode sederhana

1.1.3        Coleoptera
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah , umumnya mandibula berkembang dengan baik.

 Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong (pupa) - dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah : Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L) Kumbang janur kelapa ( Brontispa longissima Gestr) Kumbang buas (predator) Coccinella sp (Jumar. 2000).

1.1.4        Diptera
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ). Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding 

Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. 

Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.) Kepik hijau ( Nezara viridula L) (Sudarmo, 1995)

1.1.5        Thysanoptera
Thrips pada cabe termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci. Pada sub ordo  ini terdapat ovipositor  yang  berfungsi untuk  menusuk  dan  meletakkan telur kedalam jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/ setengah sempurna yaitu mulai dari telur, kemudian nimfa muda berwarna putih atau kuning, baru stelah itu menjadi thrips dewasa sebelum mengalami dua sampai empat instar. Thrips dapat berkembang biak secara generatif (kawin) maupun vegetatif melalui  proses Phartenogenesis,  misalnya  thrips  yang  mengalami phartenogenesis adalah Thrips tabaci yang menyerang tembakau. Perkembangbiakan secara phartenogenesis akan menghasilkan serangga-serangga jantan. Menurut  Kalshoven (1981) bahwa imago  betina Thrips dapat  meletakkan telur sekitar 15 butir secara berkelompok kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubasi telur sekitar 7 hari.

Telur  dari hama  ini berbentuk  oval atau  bahkan  mirip  seperti ginjal pada manusia, imago betina akan memasukkkan telurnya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang besar,dengan rata-rata 80 butir tiap induk. letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur  ini akan menetas sekitar 3 atau7 hari setelah pelatakan oleh imago betina.

Bila kondisi menguntungkan dan makanan cukup tersedia, maka seekor trips betina mampu meletakkan telur 200–250 butir. Telur berukuran sangat kecil, biasanya diletakkan di jaringan muda daun, tangkai kuncup dan buah. Thrips muda atau nimfa akan berwarna putih pucat atau pucat kekuningan sampai kepada berwarna jernih. Biasanya Thrips muda ini gerakannya masih sangat lambat dan pergerakannya hanya terbatas pada tempat dimana dia memperoleh makanan. Nimfa terdiri dari empat instar, dan Instar pertama sudah mulai menyerang tanaman. sayap baru akan terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari.
Nimfa trips instar pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit.

Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat. Pada akhir instar ini, trips biasanya mencari tempat di tanah atau timbunan jerami di bawah kanopi tanaman. Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti Telur serta instar 1-4 sampai imago hama Thrips

Imago akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap  yang  ukurannya relatif panjang  dan  sempit,  imago  ini  tubuhnya  berwarna kuning pucat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina  dapat  bertelur  sampai  80  butir  yang diletakkannya  ke  dalam  jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam.
Pada Imago, panjang sayap melebihi panjang perutnya. Ukuran trips betina 0,7–0,9 mm, trips jantan lebih pendek. Dalam satu tahun terdapat 8–12 generasi. Pada musim kemarau, perkembangan telur sampai dewasa 13–15 hari dan stadium dewasa berkisar 15–20 hari. bila suhu di sekitar tanaman meningkat, maka trips akan berkembang sangatcepat.

Pada  permukaan  daun  akan  terdapat  bercak-bercak  yang  berwarna  putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka daun akan memutih seluruhnya mirip seperti warna perak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga terdapat bisul-bisul. Kotoran- kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman yang diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja tumbuh, bunga serta buah cabai yang masih muda.

Tanaman cabai yang pertumbuhannya lemah sering sekali mendapat serangan, hal ini dikarenakan ketebalan epidermisnya yang kurang atau tidak normal. Maka akan terjadi pertumbuhan yang abnormal sehingga pembentukan bunga dan buah akan terhambat. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa hama Thrips ini sudah menyerang tanaman cabai dimulai saat nimfa sampai kepada imago. Artinya begitu telur menetas menjadi nimfa maka akan langsung menghisap cairan tanaman. Nimfa biasanya bergerak jauh lebih lambat daripada imago, hal ini penting untuk membedakan antara imago  dengan nimfa, Kotoran hama ini yang  berbentuk  seperti tetes hitam dapat menutupi  jaringan  daun  yang  diserangnya  sehingga  daun  berubah  menjadi  hitam (Lutfi,2011). 



IV.             KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1.      Cocopet adalah serangga dari ordo dermaptera, belalang berasal dari ordo orthopter, Thrips dari ordo thysanoptera, penggerek buah kopi dari ordo coleoptera, dan penggorok daun dari ordo diptera.
2.      Paurometabola adalah metamorfosis tidak sempurna, Holometabola adalah metamorfosis sempurna, dan serangga ametamorfosis berarti tidak melalui proses metamorfosis. Perubahan yang terjadi hanya pada ukuran.




DAFTAR PUSTAKA


Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional: Surabaya.

Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius: Yogyakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta

Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate oleh P. A. Vand der Lann. Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta.
Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta

Jelfina C. Alouw, F. Tumewan dan M.L.A Hosang. 2004. Pengendalian Hayati Hama Kumbang Bibit Kelapa Plesispa reichei (Chapuis) (Coleoptera: Chrysomellidae). Makalah Pertemuan Pengembangan Teknologi Perlindungan Perkebunan Regional Kalimantan T.A. 2004. Proyek Proteksi Tanaman Perkebunan Kalimantan Barat, Pontianak. 2004.

Lutfi,2011, THRIPS (Thrips Sp), http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/08/thrips-thrips-sp.html, diakses pada tanggal 12 Oktober 2015, pukul 19.00 WIB


0 comments:

Post a Comment

 
Envy White Rose Blogger Template by Ipietoon Blogger Template