Sunday, May 29, 2016

WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens) SEBAGAI HAMA PENTING TANAMAN PADI DAN PENGENDALIANNYA

(Makalah Pengendalian Hama Tanaman)






Oleh
Indah Dewi Saputri
1414121109














JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015




I.                   PENDAHULUAN


           1.1              Latar Belakang

Berbicara tentang upaya untuk meningkatkan hasil produksi, baik pada tanaman pangan, hortikultura ataupun perkebunan, tidak akan lepas dari pengendalian hama sebagai organisme pengganggu tanaman yang dapat mengurangi kualitas maupun kuantitas hasil panen. Maka dari itu penelitian mengenai pengendalian hama masih terus dilakukan sampai saat ini. Akhir-akhir ini Indonesia telah melakukan upaya dalam meningkatkan produksi tanaman padi yang merupakan tanaman pangan utama di Indonesia sebagai upaya untuk mengimbangi kebutuhan konsumsi beras yang semakin meningkat.

Hama dan penyakit padi merupakan salah satu cekaman biotik yang menyebabkan senjang hasil antara potensi hasil dan hasil aktual, dan juga menyebabkan produksi tidak stabil. Di Asia Tenggara hasil padi rata-rata 3,3 ton/ha, padahal hasil yang bisa dicapai 5,6 ton/ha. Di Indonesia, potensi hasil varietas padi yang dilepas berkisar antara 5-9 ton/ha ( Suprihanto, 2006), sementara hasil nasional baru mencapai rata-rata 4,32 ton/ha (BPS, 2001).

Luas serangan hama dan penyakit padi berdasarkan kompilasi dari statistik pertanian IV (SP IV 2006) oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah tikus 152.638 ha/tahun, penggerek batang 89.048 ha/tahun, wereng coklat 26.542 ha/tahun, penyakit hawar daun bakteri 28.808 ha/tahun, tungro 13.327 ha/tahun, dan blas 9674 ha/tahun. Estimasi kehilangan hasil padi oleh hama dan penyakit utama mencapai 212.948 t GKP/musim tanam. Oleh sebab itu, keenam hama dan penyakit penting ini perlu mendapatkan prioritas penanganan. Kehilangan hasil tersebut jauh lebih rendah


dari estimasi  hasil survey di daerah tropis Asia yang memperkirakan mencapai 37% (IRRI, 2002).

            1.2              Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
        1.    Mengetahui hama wereng coklat sebagai hama penting tanaman padi
         2.    Mengetahui pengendaliannya.


II.                PEMBAHASAN

2.1 Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)

Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) adalah salah satu hama utama tanaman padi di Indonesia. Berdasarkan catatan yang ada wereng coklat diketahui sudah menyerang tanaman padi sejak tahun 1931 pada lahan sawah di daerah Dramaga Bogor. Serangan wereng coklat secara luas terjadi pada tahun 1976/1977, dimana hampir seluruh wilayah  Indonesia dilaporkan terjadi serangan hama ini. Selanjutnya dilaporkan pada tahun 1982/1983 terjadi lagi ledakan wereng coklat disertai dengan munculnya wereng coklat biotipe 3 dan biotipe Sumatra Utara

Wereng coklat merupakan hama tanaman padi yang paling berbahaya dibandingkan dengan hama lainnya. Hal itu disebabkan wereng coklat mempunyai sifat plastis, yaitu mudah beradaptasi pada keadaan atau kondisi lingkungan baru. Disamping itu wereng coklat juga merupakan vektor (penular) virus penyakit kerdil rumput (grassy stunt) dan kerdil hampa (ragged stunt). Di Indonesia Wereng Coklat tersebar luas hampir di seluruh kepulauan, kecuali di daerah Maluku dan Papua.

Klasifikasi:
Ordo                : Homoptera
Sub Ordo        : Auchenorrhyncha
Famili              : Delphacidae
Genus              : Nilaparvata
Species            : Nilaparvata luges Stal

Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) adalah serangga penghisap cairan tanaman yang berwarna kecoklatan. Panjang tubuh 2 - 4,4 mm. Serangga dewasa mempunyai 2 bentuk, yaitu bersayap pendek (brakhiptera) dan bersayap panjang


(makroptera). Serangga makroptera mempunyai kemampuan untuk terbang, sehingga dapat bermigrasi cukup jauh. Wereng coklat adalah serangga monofag, inangnya terbatas pada padi dan padi liar (Oryza parennis dan Oryza spontanea). Wereng Coklat berkembang biak secara  seksual, siklus hidupnya relatif pendek. Masa peneluran 3-4 hari untuk wereng bersayap pendek (brakhiptera) dan 3-8 hari untuk bersayap panjang (makroptera). Tingkat perkembangan wereng betina dapat dibagi ke dalam masa peneluran 2-8 hari, masa bertelur 9-23 hari. Masa peneluran dapat berlangsung dari beberapa jam sampai 3 hari. Sedangkan masa pra-dewasa adalah 19-23 hari. Telur diletakkan berkelompok dalam pangkal pelepah daun, tetapi bila populasi tinggi telur diletakkan pada ujung pelepah daun dan tulang

Jumlah telur yang diletakkan serangga dewasa sangat beragam, dalam satu kelompok antara 3-21 butir. Seekor wereng betina selama hidupnya menghasilkan telur antara 270 902 butir yang terdiri atas 76-142 kelompok. Telur menetas antara 7-11 hari dengan rata-rata 9 hari. Metamorfosis wereng coklat sederhana atau bertingkat (hetero-metabola). Serangga muda yang menetas dari telur disebut nimfa, makanannya sama dengan induknya. Nimfa mengalami pergantian kulit (instar), rata-rata untuk menyelesaikan stadium nimfa adalah 12,8 hari. Lamanya waktu untuk menyelesaikan stadium nimfa beragam tergantung Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah bersayap panjang (makroptera) dengan sayap belakang normal, bentuk kedua adalah bersayap kerdil (brakhiptera) dengan sayap belakang tidak normal. Umumnya wereng brakhiptera bertubuh lebih besar, mempunyai tungkai dan peletak telur lebih panjang. Kemunculan makroptera lebih banyak pada tanaman tua daripada tanaman muda, dan lebih banyak pada tanaman setengah rusak daripada tanaman sehat.



Pada tahap permulaan wereng datang pada pertanaman padi yang sudah mulai tumbuh yaitu pada umur 15 hari setelah tanam atau pada umur 10-20 hari setelah tanam. Di daerah beriklim sedang, pada awalnya populasi wereng coklat rendah, kemudian berkembang dengan cepat. Perkembangan populasi wereng juga tergantung pada inangnya (varietas) padi yang cocok untuk perkembangannya. Dilapangan wereng coklat bergerak dari tanaman satu ke tanaman lainnya. Pergerakan dilakukan oleh wereng makroptera. Gerakan penyebaran ini menunjukkan adanya wereng coklat yang meninggalkan tanaman tua atau menyebar pada akhir generasi ke-3 menuju tanaman muda. Sebenarnya wereng coklat sudah mulai menyebar pada generasi ke-2 dan mencapai puncaknya pada generasi ke-3.

Kerusakan tanaman yang ditimbulkan akibat serangan wereng coklat bisa serius. Serangan 1 dan 4 ekor wereng coklat per batang pada periode anakan selama 30 hari dapat menurunkan hasil 35% dan 77%. Serangan 1 dan 4 ekor wereng coklat perbatang pada masa bunting selama 30 hari dapat menurunkan hasil berturut-turut 20 % dan 37%. Serangan 4 ekor wereng coklat per batang pada masa pemasakan buah selama 30 hari dapat menurunkan hasil sebesar 28%. Apabila populasi tinggi, maka gejala kerusakan yang terlihat di lapangan, yaitu warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian berubah menjadi berwarna coklat jerami, dan akhirnya seluruh tanaman bagaikan disiram air panas berwarna kuning coklat dan mengering. Beberapa fak tor pendukung yang menyebabkan terjadinya serangan wereng coklat antara lain :

1. Kondisi lingkungan cuaca dimana musim kemarau tetapi masih turun hujan
2. Ketahanan varietas dimana dominasi suatu varietas tahan dalam jangka waktu lama
(ledakan biotipe 1 karena penanaman VUTW-1, biotipe 2 penanaman VUTW-2)
3. Pola tanam padi-padi-padi (faktor ketersediaan air)
4. Keberadaan musuh alami (parasit, predator dan patogen)
5 Penggunaan pestisida kurang bijaksana karena tidak memenuhi kaidah 6 tepat (tepat jenis, sasaran, waktu, dosis, cara dan tempat)

Pengendalian:

       A.    Cara bercocok Tanam
Cara bercocok tanam yang dianjurkan adalah: tanam serentak dalam satu wilayah, pergiliran tanaman, penggunaan varietas tahan dan sanitasi. Pada daerah yang kekurangan air dan bertanam padi hanya dapat dilakukan satu kali yaitu pada musim hujan, maka pergiliran tanaman dapat berjalan dengan sendirinya. Akan tetapi didaerah yang basah atau beririgasi teknis bertanam padi dapat dilakukan sepanjang tahun, sehingga pergiliran tanaman sulit dilakukan dan petani cenderung untuk bertanam padi secara terus menerus. Sehingga perlu ditekankan pergiliran tanaman dengan tanaman lain setelah tanaman padi.

Pada musim hujan sebaiknya ditanam varietas tahan terhadap wereng coklat, seperti Mekongga, Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13. Selanjutnya pengaturan jarak tanam, yaitu tanaman ditanam dalam barisan yang teratur dengan jarak tanam sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat agar dapat yang dianjurkan untuk memperlancar gerakan angin dan cahaya matahari masuk ke dalam pertanaman. Hal ini dapat mengubah iklim mikro yang cocok untuk menekan perkembangan wereng coklat.

     B.     Pergiliran Varietas Tahan
Varietas yang dianjurkan untuk ditanam saat ini adalah Inpari1, Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13 secara bergiliran. Varietas-varietas tersebut memiliki ketahanan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3. Namun apabila salah satu varietas tersebut ditanam secara terus menerus sepanjang tahun pada satu wilayah, maka varietas tersebut akan menjadi rentan (contoh Varietas Ciherang).

     C.     Pengendalian Biologi
Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami. Musuh alami yang dapat mengendalikan hama wereng coklat adalah parasitoid, predator dan patogen. Parasitoid telur seperti Anagrus flaveolus waterhouse, A. Optabilis Perkins, A. Perforator Perkins, Mymar tabrobanicum, Polynema spp., Olygosita, spp., dan Gonatocerus spp. Parasitoid ini dapat memparasitasi telur wereng coklat 45- 87%. Parasitoid nimfa dan wereng dewasa seperti Elenchus, spp., dan Haplogonatopus orientalis. Predator wereng coklat seperti Cytorrhinus lividivennis, Microvelia douglasi, Ophionea indica, dan Paedorus fuscipes, laba-laba Lycosa pseudoannulata (Wolf spider), Tetragnatha sp. (four spider), Clubiona javonicola (sack spider), Araneus inustus (orb spider), Calitrichia formosana, Oxyopes javanus, dan Argiope catenulata. Patogen seperti Enthomopthora sp. Salah satu penyebab terjadinya penambahan populasi hama wereng coklat adalah kematian musuh alami akibat penggunaan insektisida berspektrum luas. Dengan demikian harus ada upaya agar musuh alami menetap atau menjadi efektif dalam mengendalikan hama. Penggunaan musuh alami, walaupun tidak dilakukan dengan inundasi (penambahan populasi ke lapangan), dapat juga dilakukan dengan meningkatkan peranan musuh alami yang sudah ada dilapangan. Peningkatan peranan musuh alami dilakukan dengan monitoring untuk menentukan parasitasi dan predatasinya. Oleh karena itu pada saat aplikasa insektisida harus sudah diperhitungkan banyaknya musuh alami di pertanaman.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan musuh alami, antara lain:
1. Menggunakan insektisida secara bijaksana, yaitu pada saat populasi hama sudah mencapai ambang ekonomi
2. Lebih baik digunakan insektisida butiran (granul) yang sistemik untuk mengurangi terbunuhnya musuh alami
3. Selesai panen perlu adanya habitat alternatif tempat musuh alami untuk berkembang biak.

Apabila dikendalikan dengan insektisida, maka diusahakan agar jangan menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif Cypermethrin, karena akan menimbulkan resurgensi dan resistensi wereng coklat. Beberapa jenis pestisida yang dapat digunakan pada saat ini diantaranya adalah yang berbahan akti: Fipronil, Tiamektosam, dan Imidakloprid. Penggaruh samping penggunaan insektisida yang tidak tepat dan dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan resistensi, resurjensi dan kematian musuh alami. Oleh karena itu sebelum dilakukan pengendalian insektisida, harus dilakukan monitoring secara dini dan keputusan pengendalian harus menerapkan perhitungan berdasarkan musuh alami (BPTP, 2010).



III.             .KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Nilaparvata lugens atau wereng coklat adalah hama penting karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen, dan termasuk sangat merusak. Untuk mengendalikan hama wereng coklat dapat digunakan pengendalian secara kultur teknis ataupun secara kimiawi seperti disebutkan pada pembahasan.

  


DAFTAR PUSTAKA


BPS. 2001. Statistik Indonesia. Jakarta

BPTP. 2010. Hama Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) dan pengendaliannya. Jawa Barat: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian.

IRRI. 2002. Rice Almanak. IRRI, Los Banos, Laguna, Philipines


Suprihanto,B; DKK. 2006. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi. 78 p

0 comments:

Post a Comment

 
Envy White Rose Blogger Template by Ipietoon Blogger Template