(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)
Oleh
Indah Dewi Saputri
1414121109
Kelompok 7
LABORATORIUM
ILMU HAMA TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak
diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk
semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada
hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada
ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia.
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah
spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies
golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di
bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981).
Hama
merupakan hewan pengganggu yang jika tidak ditangani akan merusak kuantitas dan
kualitas tanaman. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena
kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan
kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu
juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara
ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita
konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah, 2005).
Hal ini
menyebabkan pengelolaan dan pengendalian hama menjadi salah satu yang
menentukan keberhasilan panen. Tidak semua hewan dapat dikatakan sebagai hama,
hewan akan menjadi hama jika kehadirannya tidak hanya menimbulkan luka pada
tanaman tetapi juga menimbulkan kerusakan yang berimbas pada kualitas dan
kuantitas tanaman.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui
hama-hama tanaman perkebunan dan cara pengendaliannya
II.METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Mei 2016 pada pukul
13.00-15.00 WIB, di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis, dan
spesimen dari hama hama tanaman perkebunan.
2.3 Prosedur
Kerja
Mengamati, menggambar bagian tubuh hama.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun
hasil dari pengamatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
NO
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
Belalang pedang
|
2
|
![]() |
Belalang
kayu
|
3
|
![]() |
Nezara
viridula
|
4
|
![]() |
Walang sangit
|
5
|
![]() |
Lalat buah
|
6
|
![]() |
Kumbang badak
|
3.2 Pembahasan
3.2.1
Belalang
Kayu
Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan
perut(abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2
pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat
sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak
memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang
disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk
menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang
digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan
gendang telinga manusia. Belalang bernafas dengan trakea.
Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang
termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh
lain hewan dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster. Belalang
betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu
58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3
gram.
Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi
mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas
biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas
mereka akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan
mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang
dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa
adalah 25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka
untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3
minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur
mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan.
3.2.2
Belalang
Pedang
Belalang
pedang (Sexava sp.) memiliki tipe mulut penggigit dan penguyah,
kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks), perut (Abdomen), terdapat
tiga pasang tungkai dan memiliki sayap. Termasuk dalam
Kingdom Animalia Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Orthoptera, Famili Tettigoniidae, Genus Sexava
Species Sexava sp (Saleh, 2008) .
Nimfa
hama Sexava sp berukuran 7 cm sampai 9 cm, bercirikan rwarna
hijau tetapi kadang-kadang berwarna coklat. Masa perkembangan hama ini biasanya
berlangsung selama 40 hari untuk menjadi belalang dewasa. Gejala serangannya Sexava sp pada daun tanaman kelapa
yaitu merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit
buah dan bunga-bunga. Merajalela pada musim kemarau dan pada serangan yang
hebat daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja (Saleh, 2008
3.2.3
Kumbang
Badak
Pada umumnya
larva dari kumbang kelapa ini berwarna putih susu dan setelah dewasa berwarna
putih kekuningan berbentuk huruf C seperti melengkung, warna bagian ekornya
agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Tubuh bagian belakang lebih besar dari
bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek, dan pada
bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat, memiliki kepala berwarna
coklat kehitaman. Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda).
Metamorfosis bertipe holometabola (sempurna) yang perkembangannya melalui
stadia telur-larva-kepompong. Pada awalnya telur diletakkan pada bagian-bagian
batang tanaman yang sudah lapuk, kemudian telur tersebut berubah menjadi imago,
dan dari imago kemudian menjadi kumbang dewasa yang menyerang tanaman kelapa.
Pengendalian yang dapat dilakukan dengan pengutipan larva dan pemanfaatan musuh
alami seperti Santalus parallelus yang merupakan predator
telur dan larva.
Kumbang ini
berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk
kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-bulu halus, sedang pada yang
jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari
pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda diareal peremajaan Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada
malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling
atas. Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan
pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka
1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini
merupakan ciri khas kumbang O. Rhinoceros. Serangan hama O. rhinoceros dapat
menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan
menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 % (Sudarmo, 1995).
3.2.4
Nezara
viridula
Pada
pengamatan Kepik Hijau (Nezara viridula) yang diamati pada
laboratorium kepik hijau mempunyai antena, mata, kaki dan sayap. Kepik
Hijau (Nezara viridula) Hemiptera adalahordo dari serangga yang
juga dikenal sebagai kepik sejati (walaupun beberapa anggota
Hemiptera bukanlah kepik sejati). Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak
termasuk dalam Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera
(kumbang) karena
memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan
siklus hidupnya. Kepik mengalami metamorphosis tidak sempurna. Telur menetas
setelah 6 hari menjadi nimfa yang berwarna hitam bintik putih. Umur kepik dari
telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan, kemudian menjadi nimfa dan imago.
Kemudian setelah tahap nimfa menjadi fase imago dengan berwarna hijau polos(Pracaya,
2004).
3.2.5
Walang
Sangit
Walang sangit secara umum morfologinya tersusun atas caput
tungkai depan, sayap depan, sayap belakang tungkai belakang, abdomen, toraks,
dan antena. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras,tebal,dan tanpa
vena. Serangga ini mudah di ketahui dari bentuk tubuh yang panjang
berukuran sampai 2 cm, yang mempunyai warna merah dan hitam. Walang sangit
mengalami metamorfosis tidak sempurna yaitu fase telur, nimfa, dan imago. Pengendalian hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut: Menanam
tanaman secara serentak, Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang
tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang
sangit, menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala
penangkap, penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau
dengan alga, melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator
alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit
(Saputra, K.
2001).
3.2.6
Lalat
buah
Lalat buah
adalah organisme yang memiliki ciri yang sudah dikenal dan sesuai untuk
penyelidikan genetika karena mudah berkembang biak dan memiliki siklus hidup
singkat. Sepasang lalat buah dapat menghasilkan 300-400 butir telur. Siklus
hidup drosophila terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur
Drosophila sp. Telur Drosophila berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong,
permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada
bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan
diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung
anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya
spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap
blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang
menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium
yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang
relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada kertas saring. Pupa
akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies
dan suhu lingkungan (Jumar, 2000).
IV.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Terdapat
hama tanaman perkebunan yang masing-masing memiliki tanaman inang
2. Belalang
pedang memiliki perbedaan pada ovipositor
DAFTAR PUSTAKA
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest
of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate oleh P. A. Vand der Lann.
Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta.
Sudarmo, subiyakto. 1995.
Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan.
Kanius.Yogyakarta.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian.
Rineka cipta, Jakarta
Saputra, K.
2001. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara. Jakarta.
Pracaya.
2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment