Sunday, May 29, 2016

HAMA-HAMA TANAMAN PERKEBUNAN


(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)






Oleh

Indah Dewi Saputri
1414121109
Kelompok 7














LABORATORIUM ILMU HAMA TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016









I.                   PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981).

Hama merupakan hewan pengganggu yang jika tidak ditangani akan merusak kuantitas dan kualitas tanaman. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah, 2005).

Hal ini menyebabkan pengelolaan dan pengendalian hama menjadi salah satu yang menentukan keberhasilan panen. Tidak semua hewan dapat dikatakan sebagai hama, hewan akan menjadi hama jika kehadirannya tidak hanya menimbulkan luka pada tanaman tetapi juga menimbulkan kerusakan yang berimbas pada kualitas dan kuantitas tanaman.
1.2  Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1.    Mengetahui hama-hama tanaman perkebunan dan cara pengendaliannya











II.METODOLOGI PERCOBAAN


2.1 Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Mei 2016 pada pukul 13.00-15.00 WIB, di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis, dan spesimen dari hama hama tanaman perkebunan.

2.3  Prosedur Kerja
Mengamati, menggambar bagian tubuh hama.








III.HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1  Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari pengamatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
NO
Gambar
Keterangan
1
Belalang pedang
2
Belalang kayu

3
Nezara viridula
4
Walang sangit
5
Lalat buah
6
Kumbang badak


3.2  Pembahasan

3.2.1        Belalang Kayu

Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut(abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang bernafas dengan trakea.

Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh lain hewan dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster. Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram.

Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan.

3.2.2        Belalang Pedang

Belalang pedang (Sexava sp.) memiliki tipe mulut penggigit dan penguyah, kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks), perut (Abdomen), terdapat tiga pasang tungkai dan memiliki sayapTermasuk dalam Kingdom Animalia Filum Arthropoda, Kelas  Insecta, Ordo Orthoptera, Famili  Tettigoniidae, Genus  Sexava   Species  Sexava sp (Saleh, 2008) .

Nimfa hama Sexava sp berukuran 7 cm sampai 9 cm, bercirikan rwarna hijau tetapi kadang-kadang berwarna coklat. Masa perkembangan hama ini biasanya berlangsung selama 40 hari untuk menjadi belalang dewasa. Gejala serangannya Sexava sp pada daun tanaman kelapa yaitu merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga-bunga. Merajalela pada musim kemarau dan pada serangan yang hebat daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja (Saleh, 2008

3.2.3        Kumbang Badak

Pada umumnya larva dari kumbang kelapa ini berwarna putih susu dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan berbentuk huruf C seperti melengkung, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek, dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat, memiliki kepala berwarna coklat kehitaman. Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda). Metamorfosis bertipe holometabola (sempurna) yang perkembangannya melalui stadia telur-larva-kepompong. Pada awalnya telur diletakkan pada bagian-bagian batang tanaman yang sudah lapuk, kemudian telur tersebut berubah menjadi imago, dan dari imago kemudian menjadi kumbang dewasa yang menyerang tanaman kelapa. Pengendalian yang dapat dilakukan dengan pengutipan larva dan pemanfaatan musuh alami seperti Santalus parallelus yang merupakan predator telur dan larva.

Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-bulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda diareal peremajaan  Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling atas. Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O. Rhinoceros. Serangan hama O. rhinoceros dapat menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 % (Sudarmo, 1995).

3.2.4        Nezara viridula

Pada pengamatan Kepik Hijau (Nezara viridula) yang diamati pada laboratorium kepik hijau mempunyai antena, mata, kaki dan sayap. Kepik Hijau (Nezara viridula) Hemiptera adalahordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik sejati (walaupun beberapa anggota Hemiptera bukanlah kepik sejati). Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalam Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya. Kepik mengalami metamorphosis tidak sempurna. Telur menetas setelah 6 hari menjadi nimfa yang berwarna hitam bintik putih. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan, kemudian menjadi nimfa dan imago. Kemudian setelah tahap nimfa menjadi fase imago dengan berwarna hijau polos(Pracaya, 2004).

3.2.5        Walang Sangit

Walang sangit secara umum morfologinya tersusun atas caput tungkai depan, sayap depan, sayap belakang tungkai belakang, abdomen, toraks, dan antena. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras,tebal,dan tanpa vena. Serangga ini mudah di ketahui dari bentuk tubuh yang panjang berukuran sampai 2 cm, yang mempunyai warna merah dan hitam. Walang sangit mengalami metamorfosis tidak sempurna yaitu fase telur, nimfa, dan imago. Pengendalian hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut: Menanam tanaman secara serentak, Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit, menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap, penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga, melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit (Saputra, K. 2001).

3.2.6        Lalat buah

Lalat buah adalah organisme yang memiliki ciri yang sudah dikenal dan sesuai untuk penyelidikan genetika karena mudah berkembang biak dan memiliki siklus hidup singkat. Sepasang lalat buah dapat menghasilkan 300-400 butir telur. Siklus hidup drosophila terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur Drosophila sp. Telur Drosophila berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong, permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada kertas saring. Pupa akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies dan suhu lingkungan (Jumar, 2000).



IV.         KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1.      Terdapat hama tanaman perkebunan yang masing-masing memiliki tanaman inang
2.      Belalang pedang memiliki perbedaan pada ovipositor






DAFTAR PUSTAKA


Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate oleh P. A. Vand der Lann. Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta.
Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius.Yogyakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta

Saputra, K. 2001. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara. Jakarta.
          Pracaya. 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.



0 comments:

Post a Comment

 
Envy White Rose Blogger Template by Ipietoon Blogger Template