Saturday, January 2, 2016

PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI: Jurusan Agrotenologi Unila


Alat sederhana (gelas/ keramik) :
      1.      Cawan Petri




Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml ( Indra, 2008).

     2.      Pipet Ukur


Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan volume yang diketahui. Tersedia berbagai macam ukuran kapasitas pipet ukur, diantaranya pipet berukuran 1 ml, 5 ml dan 10 ml. Cara penggunaanya adalah cairan disedot dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume yang diingini. Volume yang dipindahkan dikeluarkan menikuti skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harus tepat sejajar dengan mensikus cekung cairan) dengan cara menyamakan tekanan filler dengan udara sekitar (Mega, 2011).



     3.      Bunsen Burner


Bunsen berfungsi sebagai alat untuk mensterilkan bahan yang terbuat dari kaca dan juga dipakai mensterilkan alat lainnya seperti jarum ose dengan cara memanaskan, cara penggunaan bunsen yaitu dengan cara menyalakan sumbu yang terdapat pada Bunsen (Rovix, 2009).



     4.      Jarum Ose

Ose adalah batang kaca yang ujungnya terdapat kawat panjang, ada yang berbentuk lurus dan adapula yang bulat. Berfungsi untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu mikrobia ke media yang akan digunakan kembali. Prinsip kerjanya yaitu ose disentuhkan pada bagian mikrobia kemudian menggosokkan pada kaca preparat untuk diamati(Sinta, 2013).


     5.      Mikro pipet

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 μl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1μl sampai 20 μl atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 μl dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip(Sinta, 2013).



     6.      Mortar & Alu

Mortal dan penumbuk (pastle) digunakan untuk menumbuk atau menghancurkan materi cuplikan, seperti daging, roti atau tanah sebelum diproses lebih lanjut (Sinta, 2013).



     7.      Jarum Ent

Jarum Ent berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum Ent biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas(Sinta, 2013).



      8.      Gelas Beker


Gelas beker digunakan sebagai tempat larutan, untuk memanaskan larutan, menguapan pelarut, pemekatan dan melarutkan zat zat sebelum diencerkan dalam labu takar. Gelas beker memiliki grade angka yang menunjukan volume, tetapi tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai pengukur volume (Widodo, 2010).



9     9 .      Pinset

Pinset memiliki banyak fungsi diantaranya adalah untuk mengambil benda dengan menjepit misalnya saat memindahkan cakram antibiotik(Sinta, 2013).

     10.  Rubber Bulb

Rubber buld terbuat dari karet sebagai bahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia. Filler memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol A (aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S (suction) merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke atas. Kemudian katup E (exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet ukur (Sinta, 2013).



     11.  Pipet Tetes

Pipet tetes digunakan untuk mengambil zat cair dalam jumlah kecil (bertetes-tetes). Teknik memegang pipet ini, pipet dipegang dengan tangan kanan ( lima jari bukan dua jari). Ibu jari memegang karet pemompa untuk mengambil dan melepaskan cairan dari pipet. Cara mengeluarkan cairan harus tetes demi tetes (Widodo, 2010).



      12.  Tabung Reaksi

Untuk menyimpan mikroorganisme dalam medium cair atau padat, alat pengenceran, untuk pengujian mikrobiologis(Sinta, 2013).


      13.  Erlenmeyer

Labu erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung aquades, kultivasi mikroba dalam kultur cair dan sebagainya. Labu erlemeyer terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml dan sebagainya(Sinta, 2013).


      14.  PH Meter Universal

Merupakan sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (kadar keasaman atau alkalinitas) ataupun basa dari suatu larutan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH zat semi padat). PH meter yang biasa terdiri dari pengukuran probe pH (elektroda gelas) yang terhubung ke pengukuran pembacaan yang mengukur dan menampilkan pH yang terukur. Prinsip kerja dari alat ini yaitu semakin banyak elektron pada sampel maka akan semakin bernilai asam begitu pun sebaliknya, karena batang pada pH meter berisi larutan elektrolit lemah. Alat ini ada yang digital dan juga analog. Probe pH mengukur pH seperti aktifitas ion-ion hidrogen yang mengelilingi bohlam kaca berdinding tipis pada ujungnya. Probe ini menghasilkan tegangan rendah (sekitar 0.06 volt per unit pH) yang diukur dan ditampilkan sebagai pembacaan nilai pH (Anonim, 2014)


       15.  Kaca Preparat& Coverglass

Prinsip kerja dan fungsinya yaitu dengan meletakkan pada meja preparat pada mikroskop (Mega, 2011).


       16.  Gelas Ukur

Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan tersebut(Sinta, 2013).
  




Alat Besar/ Elektronik :

       1.      Magnetic Stirrer

 Magnetic stirrer atau pengaduk magnetik adalah alat laboratorium yang bekerja berdasarkan bidang magnetik beputar untuk membuat  stir bar atau batang pengaduk yang tercelup didalam cairan menjadi berputar dengan sangat cepat sehingga mengaduk cairan tersebut hingga merata. Bidang  beputar tersebut dapat dibuat baik dengan magnet berputar atau dengan satu set eletktromanet statis yang  diletakkan dibawah bejana dengan cairan. Magnetic stirrer seringkali dilengkapi dengan lempengan pemanas untuk memanaskan cairan dalam bejana (sulaiman, 2013).


       2.      Colony Counter

Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan karena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset menggunakan alat yang mirip dengan pena yang tersambung pada alat untuk mendeteksi jumlahnya (sulaiman, 2013).


       3.      Mikroskop Majemuk

Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop majemuk. Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada mikroskop majemuk mempunyai banyak lensa objektif yang berfungsi untuk melihat langsung preparat yang nantinya diteruskan kepada lensa okuler dan pada akhirnya berakomodasi dengan mata kita sehingga kita dapat melihat benda mikroskopik tersebut (sulaiman, 2013).

      4.      Mikroskop Stereo

Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope) memiliki fungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran tidak terlalu besar. Di Laboratorium Mikrobiologi, mikroskop stereo biasanya digunakan untuk mengamati secara detail bentuk koloni dan jamur (Sinta, 2013).

      5.      Spektrophotometer

Spektrofotometer yaitu alat yang berfungsi untuk mengukur kekeruhan suspensi sel dengan cara menentukan jumlah cahaya dilewatkan dari suatu sumber cahaya monokromatik yang dilewati oleh suatu sel fotoelektrik yang dihubungkan dengan suatu galvanometer, sehingga jumlah cahaya yang dilewatkan dapat diukur. Prinsip kerjanya adalah pendugaan pertumbuhan mikroba secara turbidimetri (Rovix,2009).


      6.      Hot Plate

 Hotplate berfungsi untuk mengaduk larutan dan membuat agar larutan tetap hangat. Cara Kerja: Alat dihubungkan dengan listrik. Kemudian Disimpan ditempat yang tahan panas (mis. gelas piala) pada hot plate. Atur suhu dengan memutar alat pengatur suhu dan untuk mengaduk dengan mengatur putaran stir yang didalam wadahnya dimasukan magnetik stirrer. Setelah selesai, pengatur suhu dan stir diposisikan dalam kondisi off dan alat dimatikan (Mega, 2011).

      7.      Shaker

Shaker digunakan untuk mengaduk larutan zat sehingga terbentuk larutan yang homogen. Prinsip kerja alat ini ialah dengan meletakkan tabung erlenmeyer di atas wadah shaker, kemudian menyalakan shaker untuk mengocok larutan yang ada di dalam tabung Erlenmeyer (Mega, 2011).


      8.      Autoklaf

Autoclave adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuhendospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C (Ela, 2013).

Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoclave uap yang mulai diangkat dengan menggunakan uap air jenuh pada suhu 121 C selama 15 menit. Adapun alasan digunakannya suhu 121 C itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan laut. Autoclave merupakan alat yang essensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi, ruang sterilisasi di rumah-rumah sakit serta tempat-tempat lain yang memproduksi produk steril. Pada umumnya (tidak selalu) autoclave dijalankan padaa tekanan kira-kira 15-16 per  (5 kg/cm2) pada suhu 121 . Waktu yag diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Misalnya 1000 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 10 ml medium cair dapat disterilkan dalam waktu 10-15 menit pada suhu 121 C, sedangkan jumlah medium yang sama bila ditempatkan dalam wadah 10 wadah berukuran 1 liter akan membutuhkan 1 liter akan membutuhkan waktu 20-30 menit paa suhuyang sama untuk menjamin tercapainya sterilisasi. (Pelczar & Schan, 1986)

      9.      Waterstiller


Water stiller merupakkan alat yang digunakan untuk menyaring larutan atau untuk menyaring air agar air tersebut steril dan tidak mengandung zat-zat lain atau agar tidak mengandung mineral lain (sulaiman, 2013).

      10.  Laminar Air Flow

Selain alat sterilisasi ada juga jenis alat yang dikhususkan untuk pengerjaan mikroba, seperti Laminar Air Flow dan enkas. Laminar air flow ditujukan untuk pengerjaan bakteri, sedangkan enkas digunakan untuk perkembangbiakan jamur dan kapang. Kedua alat ini telah dilengkapi dengan sinar UV (apabila dihidupkan) untuk menghambat pertumbuhan mikroba (Hadiutomo, 1990).

       11.  Incubator


Inkubator adalah alat dengan suhu atau kelembaban tertentu yang digunakan untuk menginkubasi atau memeram mikroba. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC. Suhu di dalam  inkubator konstan dan dapat diatur sesuai dengan  tujuan  inkubasi. Di dalam laboratorium mikrobiologi digunakan untuk menumbuhkan bakteri pada suhu tertentu, menumbuhkan ragi dan jamur, menyimpan biakan murni mikroorganisme I pada suhu rendah. Adapun ciri dari inkubator adalah memiliki sekat untuk menumbuh kembangkan mikroba, dalam inkubator terdapat sekat kaca pada pintunya yang berfungsi untuk mempermudah melihat mikroba yang sedang diinkubasi tanpa membuka dan benutup bagian dalam dari inkubator sehingga suhunya tetap terjaga. Prinsip kerjanya yaitu mengubah energi listrik menjadi energi panas. Kawat nikelin akan menghambat aliran elektron yang mengalir sehingga mengakibatkan peningkatan suhu kawat (Wula, 2013).






DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2011. Laporan Praktikum Mikrobiologi. http://teenagers-moeslim.blogspot.com. Di akses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 14.00 WIB

Ela. 2013. Tugas Instrumentasi XI Autoclave. http://elagadisimut.blogspot.com/2013/01/tugas-instrumentasi-xi-autoclave-dan.html. Di akses pada tanggal 23 Maret 2015 pukul 20.00 WIB

Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.

 Indra. 2008, http//ekmon-saurus/bab-3-Sterilisasi/.htm. Di akses tanggal 24 Maret 2015 pukul 14.00 WIB

Mega. 2011. Laporan Mikrobiologi Pengenalan Alat.

Pelczar,M J; Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI-Press.

Rovix. 2009.Alat-alat Laboratorium Mikrobiologi. http://rofix.wordpress.com/2009/03/08/alat-alat-laboratorium-mikrobiologi/. Di akses pada tanggal 24 Maret 2015 pukul 14.15 WIB

Sinta. 2013. Laporan Mikrobiologi Pengenalan Alat.

Sulaiman. 2013. Mengenal Peralatan Laboratorium.
WIB

Widodo, DS. 2010. Kimia Analitis Kuantitatif. Jakarta : Graha Ilmu 





Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan: Pengendalian Secara Nabati

PENGENDALIAN SECARA NABATI
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)







Oleh

Indah Dewi Saputri
1414121109
Kelompok 1













JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015










I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Bioekologi penyakit tanaman merupakan mata kuliah yang amat berpengaruh untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai penyebab penyakit tanaman dan penyakit tanaman itu sendiri. Sebuah dasar yang sangat penting, mengingat urgensinya yaitu mikroorganisme sebagai penyebab sehat dan penyakit, agen pendaur ulang di alam, simbion tanaman penghasil pangan, dll.

Dalam mempelajari Bioekologi penyakit tanaman, tentu saja banyak yang harus di perdalam melalui pengalaman empirik yang bisa di dapat melalui praktikum di laborarorium yang bersangkutan. pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik (Suwahyono, 2005).

Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama.Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan (Agus, 2010).


1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini ialah :
1.        Mengetahui kemampuan pestisida nabati dalam mengendalikan/ menekan Colletotrichum museu
2.        Mengetahui perbandingan lama waktu pertumbuhan biakan di cawan control dan cawan berisi campuran PDA dan rempah-rempah










II. METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini adalah pada tanggal 27 November 2015, pukul 13.00 - 15.00 WIB di laboratorium ilmu penyakit tanaman jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung.

2.2 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pembakar bunsen, tisu, cawan petri, plastic wrap, label, jarum ose dan Laminar Air Flow.

Sedangkan, bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biakan Colletotrichum museu, campuran media PDA& rempah, dan alkohol.

2.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum ini ialah :
1. Alat dan tangan disterilisasi.
2. Colletotrichum museu dimasukkan di dalam cawan (bekerja secara aseptik)
3. Dibungkus dengan menggunakan plastic wrap lalu diberi label.
4. Diamati






III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil

Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah  :

No
Variabel Kontrol
(0%)
Konsentrasi Kencur
(5%)
Keterangan
1


Senin, 30 November 2015
Diameter koloni jamur pada cawan kontrol 1,7+1,7
Sedangkan pada cawan berisi media PDA dan kencur 0,8+0,8

2


Selasa, 1 Desember 2015
Diameter koloni jamur pada cawan kontrol 2,7+2,7
Sedangkan pada cawan berisi media PDA dan kencur 1,6+1,6



3
Rabu, 3 Desember 2015
Diameter koloni jamur pada cawan kontrol 3,4+3,4
Sedangkan pada cawan berisi media PDA dan kencur 2+2,1


3.2 Pembahasan

Menurut Thamrin dkk, (2008), Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama serangga

Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat menyelamatkan musuhmusuh alami (Untung, 1993).

Insektisida nahati adalah herasal dari bahan tumbuhan yang diekstraksi kemudian diproses men,jadi konsentrat dengan tidak mengubah struktur kimianya. Insektisida ini mudah terurai atau terdegradari sehingga tidak persisten di alam ataupun pada bahan makanan. Oleh karena itu insketisida nabati sangat aman hagi manusia dan lingkungan sera disamping itu pula untuk mendukung pertanian organik dan di lain pihak untuk mengurangi penggunaan insektisida sintetis, diperlukan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan dan murah harganya. Salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida yang hcrasal dari bahan alami asal tumbuhan. Insektisida nahati ini memiliki sifat spesifik sehingga arnan hagi musuh alami hama. Residunya pun mudah terurai sehingga aman hagi lingkungan. Bahan bakunya dapat diperoleh dengan mudah dan murah (Indriani, 2006).
Berikut taksonomi dari kencur:
kingdom                     : Plantae (Tumbuhan)
subkingdom               : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
super divisi                 : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
divisi                          : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
kelas                           : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
sub Kelas                   : Commelinidae
ordo                           : Zingiberales
family                         : 
Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
genus                          : 
Kaempferia
spesies                        : Kaempferia galanga L.

Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil sinnamat dan metil p-metoksi sinamat yang banyak digunakan didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. Banyaknya manfaat kencur memungkinkan pengembangan pembudidayaannya dilakukan secara intensif yang disesuaikan dengan produk akhir yang diinginkan. Produksi, mutu dan kandungan bahan aktif didalam rimpang kencur ditentukan oleh varietas yang digunakan, cara budidaya dan lingkungan tempat tumbuhnya. Selain itu, karena kualitas mutu simplisia bahan baku industri ditentukan oleh proses budidaya dan pascapanennya, maka perlu disosialisasikan GAP (Good Agricultural Practices) dan GMP (Good Manufacture Practices), melalui penerapan standar prosedur operasional (SPO) budidaya tanaman.
Secara umum dikenal dua tipe kencur, yaitu jenis berdaun  lebar dan berdaun sempit. Kencur merupakan terna kecil daunnya lebar, letaknya mendatar, hampir rata dengan permukaan tanah. Bunganya tersusun dalam bulir. Mahkota bunga berjumlah 4-12, rimpangnya bercabang-cabang banyak sekali, dibagian terletak diatas tanah. pada akarnya sering kali terdapat umbi yang betuknya bulat. Warnanya putih kekuningan, bagian tengahnya berwarna putih, sedangkan pinggirnya berwarna coklat, berbau harum(Hernani, 2001).

Kencur digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah yang lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur didaerah dataran atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Daging buah kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat.jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga berjumlah antara 4-12 buah, bibir bunga berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominant. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan kencur dapat ditanam dalam pot atau dikebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka (Thomas, 1989).






IV. KESIMPULAN


Dari hasil pengamatan dapat diperoleh kesimpulan :
1.        Pestisida nabati dapat menghambat pertumbuhan patogen
2.        Ekstrak kencur dapat digunakan sebagai pestisida nabati
3.        Pada cawan control, biakan berkembang lebih luas
4.        Pada cawan berisi ekstrak kencur, patogen tertekan sehingga pertumbuhannya terhambat
5.        Patogen di cawan control berkembang lebih cepat dibanding pada cawan berisi campuran PDA dan kencur







DAFTAR PUSTAKA


Agus,S. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman: Pangan,Holtikultura,dan Perkebunan Masalah dan Solusinya. Kanisius .Yogyakarta.

Hernani, 2001, Budidaya Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya. Bogor

Indriani, T. 2006. Kemanjuran Beberapa Jenis Tumbuhan Rawa Yang Berpotensi Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Ulat Buah (DIAPHANIA INDICA ). Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 1 (1): hal 1-4.

Suwahyono dan Wahyudi. 2005. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah University Press. Yogyakarta.

Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Jakarta: balai pertanian lahan rawa.

Thomas, A.N.S., 1989, Tanaman Obat Tradisional, 120-121, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga.



 
Envy White Rose Blogger Template by Ipietoon Blogger Template