Thursday, April 21, 2016

PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT TANAMAN



2. PERBANYAKAN AGENSIA PENGENDALI HAYATI
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)






Oleh

Indah Dewi Saputri
1414121109
Kelompok 6















JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016






I.                   PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Pengendalian penyakit tanaman merupakan mata kuliah yang amat berpengaruh untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai penyebab penyakit tanaman dan penyakit tanaman itu sendiri. Sebuah dasar yang sangat penting, mengingat urgensinya yaitu penyakit pada tanaman sebagai penyebab berkurangnya kualitas dan kuantitas hasil panen.  

Dalam mempelajari pengendalian penyakit tanaman, tentu saja banyak yang harus di perdalam melalui pengalaman empirik yang bisa di dapat melalui praktikum di laborarorium yang bersangkutan. Untuk Itu mahasiswa harus mengetahui apa itu gejala dan tanda penyakit serta perbedaannya, karena hal ini akan selalu dibahas dalam perkuliahan pengendalian penyakit tumbuhan.

Pengendalian hayati menggunakan agen antagonis dengan satu kali pemakaian dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan patogen untuk jangka waktu yang relatif panjang tanpa menimbulkan pencemaran lingkungan. Pengendalian hayati merupakan pengendalian penyakit yang ramah lingkungan karena bersifat tidak membahayakan kehidupan makhluk hidup dan lingkungan (Baker, 1974).

1.2         Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1.      Mengetahui  cara perbanyakan agensia hayati menggunakan media alami


II.                METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1              Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini adalah pada tanggal 11 April 2016, pukul 10.00 - 12.00 WIB di laboratorium ilmu penyakit tanaman jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung.

2.2              Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bor gabus, staples, bunsen, plastik, jarum ent, dandang, kompor, tisu, Laminar Air Flow, dan Autoclave.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah air biakan Trichoderma sp, beras, dan alkohol 70%.

2.3              Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
Mencuci beras, mengukus beras hingga setengah matang, kemudian mendinginkannya. Setelah itu memasukan beras ke dalam plastik setengah 100 gr, dan membungkusnya. Mensterilkan dalam autoklaf selama 20 menit dan memasukannya ke LAF smpai dingin. Memasukan Trichoderma dan staples silang agar masih terdapat udara di plastik, kemudian lakukan inkubasi dalam suhu ruang selama 15 hari, dan mengamatinya.










III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1              Hasil Pengamatan

3.1.1 Tabel Pengamatan
Pengamatan Hari Ke-
Tumbuh tidaknya jamur (ada tidaknya miselia jamur)
Warna media
Ada tidaknya kontaminan
Jenis kontaminan (jamur/bakteri)
3
U1 tidak tumbuh
U2 Tumbuh
U1 kekuningan
Dan U2 kuning sedikit hijau
Tidak ada
Tidak terjadi kontaminan
5
U1 tidak tumbuh
U2 Tumbuh
U1 Kekuningan
U2 Hijau Pekat
Tidak ada
Tidak terjadi kontaminan
7
U1  tumbuh
U2 Tumbuh

U1 hijau Kekuningan
U2 Hijau Pekat
Tidak ada
Tidak terjadi kontaminan
3.2       Pembahasan 

3.2.1   Media Perbanyakan Trichoderma sp

Jenis-jenis media perbanyakan jamur Trichoderma spp. antara lain PDA (Potato Dextrose Agar), jagung, beras dan Bekatul (dedak).
A.    Media PDA (Potato Dextrose Agar)
Bahan baku utama media ini adalah ekstrak kentang dengan penambahan sumber karbon berupa dextrose. Media ini memiliki kelebihan yakni sesuai dengan prinsip keseimbangan ekosistem, tidak merusak lingkungan dan dibuat dengan sangat mudah. Media ini juga memiliki kelemahan yaitu gula dextrose yang seharusnya digunakan untuk membuat media ini harganya sangatlah mahal, untuk penggunaan rutin pemakaian PDA cukup memakan biaya. Oleh karena itu gula dextrose diganti dengan gula pasir (Sukrosa). Kemudian untuk agarnya juga menggunakan agar teknis yang harganya relatif murah (Sastrahidayat,1992).

B.     Media Jagung
Jagung mudah ditumbuhi dengan jamur, hal ini dikarenakan isinya amilum dan kulitnya tipis, maka kelebihan media jagung adalah jamur mudah untuk melakukan penetrasi ke dalamnya. Kelemahannya adalah dalam keadaan basah, biji akan mudah melunak karena dari kulit jagung dapat mengeluarkan amilase yang digunakan untuk merombak amilum dalam jagung (Yudiarti, 2007).

C.      Beras
Kelebihan dari media perbanyakan jamur Trichoderma spp. dengan menggunakan beras ini adalah sesuai dengan prinsip keseimbangan ekosistem, memanfaatkan musuh alami dari penyakit pengganggu tanaman pertanian dan tidak menyebabkan terjadinya residu. Kelemahannya yakni kita harus menggunakan beras yang tidak sedikit untuk perbanyakan jamur.

D.    Bekatul (dedak)
Bekatul adalah limbah hasil  dari proses penggilingan padi atau hasil  sampingan dari pengolahan padi/gabah yang berasal dari lapisan luar beras.  Kelebihan dari media bekatul ini yakni merupakan sumber serat pangan yang juga mengandung protein, lemak, mineral dan vitamin. Kelemahannya adalah dalam pembuatan media perbanyakan ini tidak mudah seperti media PDA, jagung dan beras (Abadi, 2003).

3.2.2   Jamur Entomopatogenik

Agens Hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, sub spesies, atau varietas dari semua jenis serangga, nematode, protozoa, cendawan, bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lain yang dalam semua tahap perkembangannya dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian OPT dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian dan berbagai keperluan lainnya .

Jenis-jenis jamur yang biasa digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit diantaranya :
1.Beauveria Bassiana, sp
2.Spicaria, sp
3.Paecylomiceus, sp
4.Trichoderma, sp

Perbanyakan dari jamur entomopatogen dengan menggunakan bahan beras atau dapat pula jagung .Tujuannya adalah sebagai sumber energi bagi jamur selama berada dalam media biakan .Bahan dari perbanyakan jamur entomopatogen berupa formulasi kering 100 gr .Yaitu yang terdiri dari 40 g jamur pada media , 20 g tepung jagung (maizena), 20 g zeolit dan 20 g kaolit.Setelah selesai dikembang biakan , jamur tersebut dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati bagi hama.Jenis jamur yang tergolong sebagai jamur entomopatogen adalah Aspergillus sp., Beauveria bassidiana dan Metarhizium anisopliae .Disebut sebagai jamur entomopatogen karena dapat mengganggu fungsi fisiologis dari serangga yang dapat menyebabkan kematian pada serangga hama.

Aspergillus sp.adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes yang dapat ditemukan dimana–mana di alam ini. Termasuk organisme saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan yang lazim ditemukan di rumah sakit dan Laboratorium. Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-filamen panjang bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia dan konidiospora. Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru-paru (Tarigan, 1991).

Koloni Aspergillus biasanya cepat tumbuh, putih, kuning, kuning-coklat, coklat sampai hitam atau nuansa hijau, dan mereka sebagian besar terdiri dari padat dirasakan dari konidiofor tegak. Konidiofor berhenti dalam sebuah vesikel ditutupi dengan baik satu lapisan palisade  atau lapisan sel subtending yang menanggung whorls kecil phialides (struktur biseriate disebut). Vesikel, phialides, metulae (jika ada) dan konidia membentuk kepala konidia. Konidia yang bersel satu, halus atau kasar-berdinding, hialin atau berpigmen dan basocatenate, membentuk rantai kemarau panjang yang mungkin divergen atau dikumpulkan dalam kolom .Koloninya berbenruk rantai bergerombol bulat. Reproduksi jamur ini dapat terjadi secar aseksual dan seksual .Secara aseksual dilakukan dengan membentuk kuncup (Robinson, 2001).

Habitat dari jamur ini yaitu pada macam-macam bahan organik yang sudah diolah, misalnya pada roti. Jamur ini sering mencemari makanan .Jamur Aspergillus merupakan salah satu jamur yang menghasilkan aflatoksin , yaitu toksin yang dapat mematikan manusia karena dapat menyebabkan kanker hati apabila sampai masuk ke dalam tubuh memalui makanan. Kemampuan jamur untuk membentuk aflatoksin tergantung pada beberapa faktor dan keadaan lingkungan secara makroskopis , di antaranya substrat , kelembaban, suhu dan pH serta lamanya kontak antara jamur dengan substrat.Substrat dengan kadar karbohidrat yang tinggi akan menguntungkan pembentukan aflatoksin dengan kadar glukosa 30 % .Jamur Aspergillus terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah Aspergillus niger , Aspergillus flavus , Aspergillus terreus dan Aspergillus parasitivus.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jamur Aspergillus niger , Aspergillus flavus dan Aspergillus parasitivus dapat digunakan sebagai biopestisida karena memiliki kemampuan dalam menghasilkan mitokosin untuk membunuh serangga (Djarir,1993).

Beauveria. bassiana ialah jamur entomopatogen yang dapat membunuh serangga hama.Berbagai kelebihan pemanfaatan jamur entomopatogen dalam pengendalian hama ialah mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek, dapat membentuk spora yang tahan lama di alam walaupun dalam kondisi yang tidak menguntungkan, relatif aman, bersifat selektif, relatif mudah diproduksi, dan sangat kecil kemungkinan terjadi resistensi . Beauveria bahkan dapat menginfeksi telur serangga .Infeksi Beauveria pada serangga yaitu dapat melalui saluran pencernaan dan juga melalui kontak antara konidium yang ada pada kulit telur dengan bagian tubuh larva.Serangga dapat kontak dengan spora jamur melalui beberapa cara yaitu semprotan jamur menempel pada tubuh serangga  , serangga bergerak pada permukaan tanaman yang sudah terinfeksi jamur atau dengan memakan jaringan tanaman yang telah diberlakukan jamur .Setelah spora melekat pada kulit serangga , mereka berkecambah membentuk struktur hifa yang dapat menembus tubuh serangga dan berkembang biak ,proses ini berlangsung selama 3-6 hari hingga serangga mati.Bangkai dari serangga dapat berfungsi sebagai sumber spora untuk penyebaran sekunder jamur.Beauveria memproduksi toksin yang disebut beauvericin .Antibiotik ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hemolimfa dan nukleus serangga , sehingga menyebabkan pembengkakan yang disertai pengerasan pada serangga yang terifeksi.Dalam tubuh inangnya ia dapat memperbanyak diri dengan cepat hingga seluruh jaringan serangga terinfeksi (Prayogo, 2005).

Metarhizium anisopliae adalah anggota dari kelas Hypomycetes dengan kategori jamur muscaridine hijau .Penggunaan Metarhizium sebagai agen hayati merupakan jenis pestisida microbial , yaitu jenis pestisida yang mengandung mikroorganisme sebagai bahan aktifnya.Penggunaan agen hayati ini sudah diketahui dapat menurunkan intensitas organisme pengganggu tanaman.
Jamur metarhizium masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dan pori-pori atau kutikula dari tubuh serangga .Setelah masuk ke dalam tubuh serangga jamur menghasilkan perpanjangan hifa lateral yang akhirnya berkembang biak dan mengonsumsi organ internal serangga .Pertumbuhan hifa berlanjut sampai serangga tersebut ditumbuhi miselia .Selanjutnya jamur akan beristirahat melaui kutikula dan sporulates yang dapat membuat serangga tampak sepeti diselimuti  bulu halus berwarna putih.Jamur ini dapat menghasilkan metabolit sekunder seperti destruxin , yang mempunyai sifat insektisida pada serangga .Zat metabolik inilah yang akan dimanfaatkan sebagai pembasmi hama (Matthew,2007).

Kemampuan entomopatogenitas jamur Metarhizium dikarenakan jamur ini memiliki aktivitas larvisidal karena menghasilkan cyclopeptida , destruxin A,B,C,D , dan E .Destrukxin telah dipertimbangkan sebagai bahan insektisida generasi baru .Efek destruxin berpengaruh pada sel target dan dapat menyebabkan kelainan fungsi lambung tengah , tubulus malpigi dan jaringan otot (Matthew,2007).

3.2.3   Pembahasan Data
Pada praktikum kali ini pengamatan dilakukan 3 kali. Pada pengamatan pertama  Ulangan 1 belum tumbuh/ belum tampak perubahan, sedangkan ulangan 2 mulai terbentuk berubah warna menjadi kehijauan dan sudah tampak adanya miselia. Selanjutnya, pada pengamatan kedua,  ulangan 1 juga tidak tampak tumbuh, dan tidak terjadi kontaminan. sedangkan U2 berubah menjadi hijau pekat. Pengamatan ke tiga U1 berwarna kekuningan dengan sedikit hijau dan U2 berwarna hijau pekat





IV.             KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.    Media yang dapat digunakan sebagai mdia perbanyakan Trichoderma adalah beras, jagung, bekatul, sekam, dll.
2.    Jamur entomopatogen lain selain Trichoderma adalah Beauveria bassiana, Metharizium, Aspergilus. Dll.



DAFTAR PUSTAKA


Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan III. Bayumedia. Malang

Djarir.1993. Penggunaan Jamur dan Bakteri dalam Pengendalian Penyakit Tanaman secara Hayati yang Ramah Lingkungan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Kampus Unsri, Sumatera Selatan.

Matthew. 2007. Seleksi Isolat Beauveria bassiana (Bals.amo) Vuillemin dan Metarhizium sp. Dalam Menimbulkan Mortalitas Terhadap Nimfa Walang Sangit (Leptocorixa acuta) (Thunb.) (Hemiptera:alydidae). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Indralaya.

Pelczar, M. J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta

 Prayogo Y, Wedanimbi T, Marwoto. 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarhizium anisopliae untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura Pada Kedelai. J. Litbang Pertanian, 24(1):19-26.

 Robinson. 2001. Citric Acid Fermentation of Brewery Waste. J. of Food Science. 42 (2) : 383-388.

Sastrahidayat, I.R., 1992. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya

Tarigan.1991.Isolasi dan Karakteristik Fungi.Universitas Riau.Riau

Yudiarti, T. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Graha Ilmu. Jakarta
 
Envy White Rose Blogger Template by Ipietoon Blogger Template