1.
Erwinia
amylovora
Phylum :
Proteobacteria
Class :
Gammaproteobacteria
Order :
Enterobacteriales
Family :
Enterobacteriaceae
Genus : Erwinia
Species : Erwinia
amylovora
Erwinia adalah sebuah genus bakteri gram negatif dari familiEnterobacteriaceae.
Ukuran selnya (0.5 – 1.0) x (1 – 3) mikron, motil (kecuali E. stewartii ). Kelompok Amylovora yang
memuat spesies seperti E. amylovora, yang memerlukan nitrogen
organik untuk pertumbuhan dan menyebabkan penyakit wilt pembuluh atau nekrotik
kering pada tanaman. E.
amylovora merupakan bakteri gram
negatif, berbentuk batang, berukuran 0,3 x 1-3 µm, muncul secara tunggal atau
berpasangan dan terkadang dalam bentuk rantai yang pendek. Bakteri ini dapat
bergerak menggunkan 2-7 flagel peritrik. Bakteri E. amylovora membentuk koloni dengan
karakteristik warna dan bentuk yang khas untuk setiap jenis media biakan.
Misalnya pada media agar nutrisi sukrosa, koloni E. amylovora berbentuk seperti kubah
melingkar dan membentuk lendir; pada media MS, koloni berwarna merah hingga
jingga; pada media KB, koloninya berwarna putih, berbentuk melingkar, dan
menghasilkan lendir; pada media CCT, koloni bakteri berukuran lebar,
permukaanya pipih, berwarna biru muda dengan lubang di bagian tengahnya (seperti
kawah); dan pada media MMZCU, koloni bakteri berwarna kuning, sangat berlendeir
atau tidak terlalu berlendir.
Bakteri ini
dapat menyebabkan berbagai macam gejala penyakit antara lain
bercak dan bercak (blight) pada daun, ranting, cabang dan sebagainya, busuk
lunak pada buah, akar dan bagian-bagian tempat penyimpanan zat makanan, layu,
kudis, kanker, puru dan sebagainya
Tidak seperti patogen tanaman lainnya, E. amylovora bersifat epiphytic,
sehingga dapat memperbanyak diri pada permukaan tanaman yang sehat, misalnya
pada bagian stigma bunga. Serangga penyerbuk dan serangga pendatang bunga
lainnya dapat menyebarkan bakteri dari bunga yang sakit atau terinfeksi ke
bunga yang sehat. Keberadaan bakteri pada stigma bunga sehat dipengaruhi
oleh suhu harian lingkungannya. Suhu antara 18 dan 30°C yang disertai hujan
dapat mendukung terjadinya infeksi pada bunga. Bakteri ini dapat disebarkan oleh angin yang disertai hujan
lebat. Penyebaran hingga jarak jauh terjadi lewat pengiriman material tanaman
yang terinfeksi atau tanaman terinfeksi yang menunjukkan gejala laten.
Penyakit ini tersebar di beberapa negara diantaranya Eropa:
Albania, Austria, Belgium, Bosnia and Herzegovina, Bulgaria, Croatia, Cyprus,
Czech, Denmark, France, Germany, Greece, Hungary, Ireland, Italy, Luxembourg,
Macedonia, Moldova, Netherlands, Norway, Poland, Romania, Spain, Sweden,
Switzerlands, UK, Yugoslavia. Asia: Armenia, Iran, Israel, Jordan,
Libanon, Turkey. Afrika: Egypt. Amerika: Bermuda, Guatemala, Mexico,
USA Oceania: New Zealand. Penyebaran
ini dapat memalui perantara diantaranya tunas (bud), planlet, buah (fruit),
bunga (flower/infloresence), daun (leaf), batang (stem) (Jaafar, 2007).
2. Dickeya spp
Phylum :
Proteobacteria
Class :
Gammaproteobacteria
Order :
Enterobacteriales
Family :
Enterobacteriaceae
Genus : Erwinia
Species : Erwinia
crysantemi
3.
Ralstonia
solanacearum
Divisi : Gracilicutes
Subdivisi
: Proteobacteria
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : R. solanacearum
Ralstonia solanacearum merupakan bakteri patogen tular tanah yang menjadi faktor
pembatas utama dalam produksi berbagai jenis tanaman di dunia. Bakteri ini
tersebar luas di daerah tropis, sub tropis, dan beberapa daerah hangat lainnya.
Spesies ini juga memiliki kisaran inang luas dan dapat menginfeksi ratusan
spesies pada banyak famili tanaman yang mempunyai arti penting ekonomi. Bakteri R. solanacearum dibagi menjadi 5 ras
berdasarkan kisaran inangnya : ras 1 menyerang tembakau, tomat, dan
Solanaceae lainnya; ras 2 menyerang pisang (tripoloid) dan Heloconia; ras 3
menyerang kentang; ras 4 menyerang jahe, dan ras 5 menyerang murbei.
Berdasarkan oksidasi disakarida dan alkohol heksosa, maka bakteri ini dibagi ke
dalam 5 biovar (Schaad, 2001).
Gejala awal yang ditimbulkan pada tanaman
yang terserang bakteri ini adalah tanaman mulai layu. Kemudian menjalar ke daun
bagian bawah. Gejala yang lebih lanjut : seluruh tanaman layu, daum menguning
sampai coklat kehitam-hitaman, dan akhirnya tanaman mati. Serangan pada umbi
menimbulkan gejala dari luar tampak bercak-bercak kehitam-hitaman, terdapat
lelehan putih keruh (massa bakteri) yang keluar dari mata tunas atau ujung
stolon. Adanya daun muda pada pucuk dan daun tua tanaman akan menjadi layu,
daun bagian bawah menguning merupakan ciri khas gejala penyakit layu bakteri.
R. solanacearum adalah spesies yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan
oleh variabilitas genetiknya yang luas dan kemampuannya untuk beradaptasi
dengan lingkungan setempat, sehingga di alam dijumpai berbagai strain R.
solanacearum dengan ciri yang sangat beragam. Ditinjau dari segi
morfologi dan fisiologinya, R. solanacearummerupakan bakteri gram
negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5-0,7 x 1,5-2,5 μm, berflagela,
bersifat aerobik, tidak berkapsula, serta membentuk koloni berlendir berwarna
putih (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2003 dalam Anonim, 2010). Bakteri ini
menginfeksi akar tanaman melalui luka yang terjadi secara tidak langsung pada
waktu proses pemindahan tanaman maupun luka akibat tusukan nematoda akar, dan
secara langsung masuk ke dalam bulu akar/akar yang sangat muda dengan melarut
dinding sel. Infeksi secara langsung lebih banyak terjadi jika populasi bakteri
di tanah terdapat dalam jumlah yang tinggi (Semangun, 1988 dalam Anonim
2010). R. solanacearum merupakan patogen tular tanah dan dapat
menyebar dengan mudah melalui bahan tanaman, alat pertanian, dan tanaman inang
(Sitepu dan Mogi 1996). Kemampuan bakteri tanah bertahan hidup diduga sangat
bergantung pada keberadaan tanaman inang.
R. solanacearum menghasilkan polisakarida extraseluler (Extracelluler
polysaccharide=EPS). Produksi EPS mempunyaiperanan penting dalampatogenisitas
dan virulensi bakteri patogen tanaman. Senyawa ini mempengaruhi kondisi ruang
natar sel dalam tanaman sehingga cocok untuk perkembangan
bakteri. Peranan EPS dalam infeksi patogen dan inang telah
dilaporkan anatara lain: mencegah pengenalan bakteri pada tanaman inang, perubahan
penggunaan karbohidrat dan membatasi pergerakan air. Bakteri ini juga
mensekresikan enzim-enzim perombak dinding sel (termasuk poligalakturonase),
tetapi enzim endoglukanase disekresikan 200 kali lebih banyak dibanding
enzim-enzim tersebut. R. solanacearum juga menghasilkan zat pengatur tumbuh
berupa IAA, ABA dan etilen (Habazar, 2004).
4.
Pectobacterium
spp (Erwinia carotovora)
Phylum :
Proteobacteria
Class :
Gammaproteobacteria
Order :
Enterobacteriales
Family :
Enterobacteriaceae
Genus :
Erwinia
Species : Erwinia
carotovora
Sel
bakteri berbentuk batang dengan ukuran (1,5 x 2,0) x (0,6 x 0,9) mikron,
umumnya membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul, dan
tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela yang terdapat
dikeliling sel bakteri. Bakteri bersifat gram negatif. Erwinia
carotovora adalah bakteri gram negatif , berbentuk batang yang hidup
soliter atau berkelompok dalam pasangan atau rantai. Merupakan bakteri tanpa
spora berflagela, Bakteri ini termasuk jenis fakultatif anaerob. Erwinia carotovora memproduksi
banyak enzim ekstraselluler seperti pectic yang mendegradasi pektin, cellulase
yang mendegradasi cellulase, hemicellulases, arabanases, cyanoses and a
protease. Sebagai bakteri Mesofilik, Erwinia carotovora menghabiskan
hidupnya pada temperatur yang berkisar antara 27 – 30ο C.
Gejala
yang umum pada tanaman kubis-kubisan adalah busuk basah, berwarna coklat atau
kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula
terjadi bercak kebasahan. Bercak-bercak tersebut membesar dan mengendap
(melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban
tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan
tampak agak berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi
pembentukan pigmen coklat tua atau hitam. Pada serangan lanjut daun yang
terinfeksi melunak berlendir dan mengeluarkan bau yang khas. Jaringan yang
membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri
sekunder jaringa tersebut menjadi berbau khas yang mencolok hidung. Bau
tersebut merupakan gas yang dikeluarkan dari hasil fermentasi karbohidrat
kubis.
Gejala
yang umum pada tanaman wortel adalah busuk lunak, berwarna coklat atau
kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula
terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya
tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan
yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agak
berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadipembentukan pigmen
coklat tua atau hitam. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi
dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut menjadi berbau khas
yang mencolok hidung (Triharso,
1996).
5.
Xanthomonas
campestris
Phylum :
Proteobacteria
Class :
Gammaproteobacteria
Order :
Xanthomonadales
Family :
Xanthomodaceae
Genus :
Xanthomonas
Species : Campestris
Bakteri xanthomonas
campestris pv.campestris menyerang banyak keluarga kubis termasuk kubis dan
rumput liar seperti lobak liar. Kondisi lembab hangat seperti yang ada di Indonesia cenderung
untuk mendukung penyakit ini untuk menginfeksi tanaman-tanaman yang ada di
Indonesia saat ini.
Penyebaran utama terjadi melalui
gerakan bibit terinfeksi ke daerah-daerah baru dan ladang. Di ladang,
penyebaran terjadi melalui percikan hujan, irigasi sprinkler, serangga, spora
yang terbawa angin, peralatan tanam dan pakaian. Bakteri dari tanaman yang
terinfeksi bisa bergerak cepat ke tanaman yang sehat dan sering akan mengikuti
air sehingga tanaman di daerah dataran rendah bisa terinfeksi parah. Bakteri
memasuki daun melalui lubang alami atau luka.
Begitu
masuk, bakteri menyebabkan pertumbuhan terhambat. Tanaman sakit yang disimpan
untuk produksi bibit akan menghasilkan bibit yang sakit, sehingga siklus
infeksi terus berlanjut. Penyakit Busuk Hitam dapat bertahan dalam tanah selama
40 sampai 60 hari dan selama dua tahun jika tertimbun oleh residu tanaman. Oleh
karena sangatlah penting untuk mencegah penyakit agar tidak memasuki ladang
anda dan melakukan rotasi tanaman.
Gejala serangan penyakit busuk
hitam yang di akibatkan oleh bakteri xanthomonas camprestis
pv.campestris diawali dengan infeksi yang biasanya disebabkan luka
ataupun bekas gigitan serangga pada pori – pori air ( Hidatoda ) di ujung tepi
daun. Infeksi patogen tersebut menyebabkan tepi daun berubah warna dari hijau
menjadi kekuning-kuningan ( Klorosis ) yang meluas ke berbagai bagian pelepah
daun dan akhirnya daun menjadi berwarna coklat dan rontok. Selain itu perkembangan
tanaman dan krop menjadi terhambat dan kerdil sehingga dapat menurunkan
produksi secara nyata. Penyakit ini dapat menyebabkan busuk kering. Bila
serangannya terjadi dalam keadaan udara yang lembab dan karena serangan jasad
sekunder ( Erwinia carotovora ) dapat berubah menjadi busuk lunak ( Soft Rot )
serta mengeluarkan bau yang tidak sedap
Selain gejala yang pertama ada lagi
gejala dimana area kuning tidak teratur di tepi daun yang berkembang menjadi
lesi berbentuk V. Lesi “V” memiliki tepi kuning dan coklat di bagian tengah
dengan urat hitam. Dengan infeksi berat, maka daerah yang terkena akhirnya
bergabung sehingga daun tampak seperti telah tersiram air panas atau dibakar.
Sebuah penampang batang dapat mengungkapkan cincin hitam pada jaringan di mana
bakteri telah melakukan serbuan.
Daun
yang terinfeksi ini kemudian cepat diserbu oleh bakteri lain yang dapat
menyebabkan busuk lunak pada tanaman kubis. Infeksi bisa terjadi pada setiap
tahap perkembangan tanaman, tetapi infeksi awal musim yang paling parah karena
bakteri dapat terangkut bersama bibit.
Kondisi
optimum untuk perkembangan penyakit adalah suhu antara 25-28 °C dengan adanya
air bebas atau kelembaban yang tinggi, di mana gejala muncul dalam waktu 8-10
hari setelah terinfeksi. Bibit yang terinfeksi bisa tidak menunjukkan gejala
sakit atau kelihatan sehat ketika kondisi tidak mendukung perkembangan
penyakit, tapi gejala muncul kembali setelah tanam dalam kondisi kurang baik (Semangun,
2004)
6. BDB (Blood Disease Bacterium)
Mekanisme penularan BDB umumnya melalui serangga polinator pada bunga pisang. Bakteri yang terbawa serangga kemudian melakukan penetrasi pada nektartoda atau luka pada bunga pisang yang tidak menjadi buah, BDB dapat pula menginfeksi melalui perakaran.Bakteri masuk kedalam jaringan akar tanaman melalui lubang alami, luka buatan akibat alat pertanian, maupun luka akibat tusukan stilet nematoda.
Gejala penyakit darah
pada
tanaman pisang ditunjukkan oleh pelepah daun
melemah kemudian patah pada bagian pangkalnya sehingga daun terlihat patah menggantung. Warna daun menjadi
kuning kemudian nekrosis dan kering. Kulit buah sering tampak
normal. Kadang-kadang ada yang tampak kuning terlalu awal dan menghitam.
Kalau
buah dipotong,
bagian dalam buah akan berwarna
merah kecoklatan atau menjadi busuk berlendir. Kelayuan pada daun diawali
dengan daun menguning dan mati,
pada tanaman muda terjadi kelayuan menyeluruh (Kusuma, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Habazar, Trimuti dan Firdaus Rivai.
2004. Bakteri Patogenik Tumbuhan. Andalas University Press: Padang
jaafar, Titiek F, dkk.
2007. Cemaran Mikroba Pada Produk Pertanian, Penyakit Yang Ditimbulkan Dan
Pencegahannya. Jurnal Litbang
Pertanian, 26(2)
Kusuma, DR; Aini, LQ; dan Abadi LA. 2013. Uji metode inokulasi dan patogenisitas blood disease bacterium (bdb) pada buah pisang (musa sp.). Jurnal HPT. Volume 1 Halaman 40-46
Schaad, NW; J.B Jones; dan W. Chun. 2001. Laboratory Guide for
Identification of Plant Pathogen Bcteria. APS Press. St. Paul Minnessota.
Semangun, H. 2004.
Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta
0 comments:
Post a Comment