Wednesday, January 4, 2017

DORMANSI BENIH


(Tugas Teknologi Benih)





Oleh

Kelompok 5 A














JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

2016






DORMANSI BENIH


A. Pengertian Dormansi Benih

Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut. Sebagai contoh kulit biji yang impermeabel terhadap air dan gas sering dijumpai pada benih-benih dari famili Leguminosae. Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme (Lita, 2010 dalam Aisah, 2016).

Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (
viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Dormansi dapat terjadi selama proses pengelolaan, sehingga benih tidak dapat berkecambah walaupun dalam lingkungan yang baik untuk perkecambahan. Beberapa perlakuan dapat diberikan pada benih, sehingga tingkat dormansinya dapat diturunkan dan presentase kecambahnya tetap tinggi. Perlakuan tersebut dapat ditujukan pada kulit benih, embrio maupun endosperm benih dengan maksud untuk menghilangkan faktor penghambat perkecambahan dan mengaktifkan kembali sel-sel benih yang dorman (Yuniarti, 2015).

Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan istirahat,  merupakan kondisi yang berlangsung selama suatu periode yang tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan untuk perkecambahan (Gardner, Pearce dan Mitchell 1991 dalam Husain, 2012).

Menurut Abidin (1993) dalam Husain (2012), dormansi terjadi disebabkan oleh faktor luar  (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji  adalah tidak sempurnanya embrio (rudimetery embrio), embrio yang belum matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis), kulit biji impermeable, dan adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan.

B. Penyebab Dormansi Benih
Penyebab DormansiBenih yang mengalami dormansi ditandai oleh:
1.      Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
2.      Proses respirasi tertekan / terhambat.
3.      Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
4.      Rendahnya prosesmetabolismecadangan makanan.

C. Jenis Dormansi
Secara umum menurut dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu:
1.      Innate dormancy (dormansi primer)
2.      Induced dormancy (dormansi sekunder)
3.      Enforced dormancy

Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
1.      Dormansi Fisik
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
a.       Impermeabilitas kulit biji terhadap air. Benih-benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai"Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama dipermukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahankutikula.
b.      Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio. Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhanembrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
c.       Permeabilitas yang rendah dari kulitbiji terhadap gas-gas. Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekananoksigendi sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatanrespirasiembrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
2.      Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkanoleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah:
a.       Embrio.
Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada temperatur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
b.      After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis
c.       Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
d.      Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll.Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Betaamilase.

D. Cara Memotong Dormansi
Ada beberapa cara yang telah diketahui, seperti:
1.      Dengan perlakuan mekanis
Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadapairataugas. Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit bijidengan kertas amplas, melubangi kulitbiji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
2.      Dengan perlakuan kimia
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudahdimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat sepertiasamsulfat,asamnitratdengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
a.       Perendaman benih padi dalamKNO3 pekat selama 30 menit.
b.      Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
3.      Dengan perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60- 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu.
4.      Dengan perlakuan suhu
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
5.      Dengan perlakuan cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.

E. Pematahan Dormansi Benih

2.1.  Perlakuan Skarifikasi Mekanik

Perlakuan  pendahuluan  adalah  istilah  yandigunakauntuk proses mematahkan dormansi benih. Perlakuan pendahuluan diberikan pada benih-benih yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk dikecambahkan (Widhityarini, Suryadi, dan Purwantoro, 2011).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mematahkan dormansi benih berkulit  keras  adaladengan  skarifikasi  mekanik.  Skarifikasi  merupakan salah  satu  proses  yang  dapamematahkan  dormansi  pada  benih  keras karena meningkatkan imbibisi benih. Skarifikasi mekanik dilakukan dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan oksigen.
Teknik yang umum dilakukan pada perlakuan skarifikasi mekanik yaitu pengamplasan, pengikiran, pemotongan, dan penusukan jarum  tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian embrio (perlukaan selebar 5 mm). Skarifikasi mekanik memungkinkan air masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya perkecambahan. Skarifikasi mekanik mengakibatkan hambatan mekanis kulit benih untuk berimbibisi berkurang sehingga peningkatan kadar air dapat terjadi lebih cepat sehingga benih cepat berkecambah (Widyawati et al., 2009).
Pelaksanakan teknik skarifikasi mekanik harus hati-hati dan  tepat pada posisi embrio berada. Posisi embrio benih aren kadang-kadang berbeda seperti terletak pada bagian punggung sebelah kanan atau kiri, dan terkadang terletak di bagian tengah benih (Rofik dan Murniati, 2008).

2.2.  Perlakuan Skarifikasi Kimiawi
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan kulit benih lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Perendaman pada larutan kimia yaitu asam kuat seperti KNO3, H2SO4, dan HCl dengan konsentrasi pekat membuat kulit benih menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Berikut rincian masing-masing penggunaan larutan kimia untuk memecahkan dormansi benih



DAFTAR PUSTAKA


Abidin, Z. 1993. Dasar-Dasar Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa. Bandung.

Aisah, S., et al., 2016. Pelepasan kulit ari dan suhu perendaman terhadap pematahan dormansi benih papaya.  Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi. 1 (1): 81-93.

Campbell, N., A., Reece, J., B., dan Mitchell, L., G. 2000.Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L., Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Husain, I., et al., 2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites moluccana, L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur Tumbuh Organik Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih. JATT. 1(2): 95-100.

Kartika, Surahman M, dan Susanti M. 2015. Pematahan dormansi benih kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) menggunakan KNO3 dan skarifikasi. Jurnal Pertanian dan Lingkungan. 8(2): 48- 55.

Lita, S. (2010). Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.

Rofik, A. dan E. Murniati. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi dan media perkecambahan untuk meningkatkaviabilitas benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Buletin Agronomi 36 (1) 33 40.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo. Jakarta.

Salisbury, Frank B dan W. Ross. 1995Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. ITBPress. Bandung.

Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Tim Dosen, 2008.Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin. Makassar.

Yuniarti, N., et al., 2015. Teknik pematahan dormansi untuk mempercepat perkecambahan benih kourbaril (Hymenaea courbaril). Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1 (6): 1433-1437.

Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan perkecambahan benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia 37 (2) : 152 – 158.




0 comments:

Post a Comment

 
Envy White Rose Blogger Template by Ipietoon Blogger Template