(Tugas Teknologi Benih)
Oleh
Kelompok 5 A
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
DORMANSI
BENIH
A. Pengertian Dormansi
Benih
Dormansi
dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam
mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik
musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Sehingga secara tidak
langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam. Dormansi pada
benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan
fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut. Sebagai
contoh kulit biji yang impermeabel terhadap air dan gas sering dijumpai pada
benih-benih dari famili Leguminosae. Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya
dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu
saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah
di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit
biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan,
adanya kegiatan dari mikroorganisme (Lita, 2010 dalam Aisah, 2016).
Dormansi
benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (
viable)
gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk
berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai.
Dormansi dapat terjadi selama proses pengelolaan, sehingga benih tidak dapat
berkecambah walaupun dalam lingkungan yang baik untuk perkecambahan. Beberapa
perlakuan dapat diberikan pada benih, sehingga tingkat dormansinya dapat
diturunkan dan presentase kecambahnya tetap tinggi. Perlakuan tersebut dapat
ditujukan pada kulit benih, embrio maupun endosperm benih dengan maksud untuk
menghilangkan faktor penghambat perkecambahan dan mengaktifkan kembali sel-sel
benih yang dorman (Yuniarti, 2015).
Dormansi
adalah suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan istirahat, merupakan kondisi yang berlangsung selama
suatu periode yang tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang
menguntungkan untuk perkecambahan (Gardner, Pearce dan Mitchell 1991 dalam
Husain, 2012).
Menurut
Abidin (1993) dalam Husain (2012), dormansi terjadi disebabkan oleh faktor
luar (eksternal) dan faktor dalam
(internal). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah tidak sempurnanya embrio (rudimetery
embrio), embrio yang belum matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal
(tahan terhadap gerakan mekanis), kulit biji impermeable, dan adanya zat
penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan.
B. Penyebab
Dormansi Benih
Penyebab
DormansiBenih yang mengalami dormansi ditandai oleh:
1. Rendahnya
/ tidak adanya proses imbibisi air.
2. Proses
respirasi tertekan / terhambat.
3. Rendahnya
proses mobilisasi cadangan makanan.
4. Rendahnya
prosesmetabolismecadangan makanan.
C. Jenis
Dormansi
Secara
umum menurut dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu:
1. Innate
dormancy (dormansi primer)
2. Induced
dormancy (dormansi sekunder)
3. Enforced
dormancy
Sedangkan
menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
1. Dormansi
Fisik
Dormansi
Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji,
seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis
terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.Beberapa penyebab dormansi
fisik adalah :
a. Impermeabilitas
kulit biji terhadap air. Benih-benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini
disebut sebagai"Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras
dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal
terutama dipermukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin
dan bahankutikula.
b. Resistensi
mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio. Disini kulit biji cukup kuat
sehingga menghalangi pertumbuhanembrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio
akan tumbuh dengan segera.
c. Permeabilitas
yang rendah dari kulitbiji terhadap gas-gas. Pada dormansi ini, perkecambahan
akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekananoksigendi sekitar benih
ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan
kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatanrespirasiembrio. Keadaan ini
terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
2. Dormansi
Fisiologis
Dormansi
Fisiologis, dapat disebabkanoleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya
disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun
perangsang tumbuh. Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah:
a. Embrio.
Pada
dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya
sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih
ditempatkan pada temperatur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap
terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
b. After
ripening
Benih
yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar
dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka waktu "After
Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi
fisiologis
c. Dormansi
Sekunder
Dormansi
sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah,
tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama
beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang
dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan
untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih
yang membutuhkan cahaya.
d. Dormansi
yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dormansi
ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio.
Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara
lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids
Lactone (Counamin) dll.Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting
dalam perkecambahan seperti Alfa dan Betaamilase.
D. Cara Memotong
Dormansi
Ada
beberapa cara yang telah diketahui, seperti:
1. Dengan
perlakuan mekanis
Tujuan
dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras
sehingga lebih permeabel terhadapairataugas. Diantaranya yaitu dengan
Skarifikasi.Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit
bijidengan kertas amplas, melubangi kulitbiji dengan pisau, memecah kulit biji
maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
2. Dengan
perlakuan kimia
Tujuan
dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudahdimasuki air
pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat sepertiasamsulfat,asamnitratdengan
konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui
oleh air dengan mudah.
a. Perendaman
benih padi dalamKNO3 pekat selama 30 menit.
b. Pemberian
Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan
kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit,
potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh
antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
3. Dengan
perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan
perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh
benih.Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60-
70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu.
4. Dengan
perlakuan suhu
Cara
yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap
(Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang
berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
5. Dengan
perlakuan cahaya
Cahaya
berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan.
Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi
juga intensitas cahaya dan panjang hari.
E. Pematahan Dormansi Benih
2.1. Perlakuan Skarifikasi Mekanik
Perlakuan
pendahuluan
adalah istilah yang digunakan untuk proses mematahkan dormansi benih. Perlakuan pendahuluan diberikan pada
benih-benih yang memiliki
tingkat kesulitan yang tinggi untuk dikecambahkan
(Widhityarini,
Suryadi, dan Purwantoro, 2011).
Upaya yang
dapat dilakukan untuk mematahkan dormansi benih berkulit
keras adalah dengan
skarifikasi mekanik.
Skarifikasi merupakan salah
satu
proses
yang dapat
mematahkan
dormansi
pada
benih keras
karena
meningkatkan
imbibisi benih. Skarifikasi mekanik dilakukan dengan cara melukai benih sehingga terdapat celah tempat keluar masuknya air dan oksigen.
Teknik yang
umum
dilakukan pada perlakuan skarifikasi mekanik yaitu pengamplasan, pengikiran, pemotongan,
dan
penusukan
jarum
tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian embrio (perlukaan selebar 5 mm). Skarifikasi mekanik memungkinkan air masuk ke dalam benih untuk memulai
berlangsungnya perkecambahan. Skarifikasi
mekanik mengakibatkan hambatan mekanis kulit benih untuk berimbibisi berkurang sehingga peningkatan kadar air dapat terjadi lebih cepat sehingga benih
cepat berkecambah (Widyawati et al., 2009).
Pelaksanakan teknik skarifikasi mekanik harus hati-hati dan tepat
pada posisi embrio berada. Posisi embrio benih
aren
kadang-kadang
berbeda seperti terletak pada bagian punggung
sebelah kanan atau
kiri, dan terkadang terletak di bagian tengah benih (Rofik
dan Murniati, 2008).
2.2. Perlakuan Skarifikasi Kimiawi
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan kulit benih lebih
mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi.
Perendaman pada larutan kimia yaitu asam kuat seperti KNO3, H2SO4, dan HCl dengan konsentrasi
pekat membuat kulit benih menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan
mudah. Berikut rincian masing-masing
penggunaan larutan kimia
untuk memecahkan dormansi benih
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin,
Z. 1993. Dasar-Dasar Tentang Zat Pengatur
Tumbuh. Penerbit Angkasa. Bandung.
Aisah,
S., et al., 2016. Pelepasan kulit ari dan suhu perendaman terhadap pematahan
dormansi benih papaya. Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi. 1
(1): 81-93.
Campbell,
N., A., Reece, J., B., dan Mitchell, L., G. 2000.Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Gardner, F.P.,
R.B. Pearce, dan R.L., Mitchell. 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya. Penerbit UI-Press.
Jakarta.
Husain,
I., et al., 2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites moluccana, L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur
Tumbuh Organik Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih. JATT. 1(2): 95-100.
Kartika, Surahman M, dan Susanti M. 2015. Pematahan
dormansi benih kelapa sawit (Elaeis
guineensis jacq.) menggunakan KNO3 dan skarifikasi. Jurnal Pertanian dan Lingkungan. 8(2): 48- 55.
Lita,
S. (2010). Teknologi Benih. Rajawali
Pers. Jakarta.
Rofik, A. dan E. Murniati. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi dan media perkecambahan untuk meningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Buletin Agronomi
36
(1) 33 – 40.
Sadjad,
S. 1993. Dari Benih Kepada Benih.
Grasindo. Jakarta.
Salisbury,
Frank B dan W. Ross. 1995Fisiologi
Tumbuhan Jilid 3. ITBPress. Bandung.
Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Tim
Dosen, 2008.Penuntun Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin. Makassar.
Yuniarti,
N., et al., 2015. Teknik pematahan dormansi untuk mempercepat perkecambahan benih kourbaril (Hymenaea courbaril). Pros Sem
Nas Masy Biodiv Indon. 1 (6): 1433-1437.
Widyawati, N., Tohari,
P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan
perkecambahan benih
aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia 37 (2) : 152
– 158.
0 comments:
Post a Comment