Monday, May 30, 2016

PENGAMATAN MIKROSKOPIS DAN INOKULASI PATOGEN (POSTULAT KOCH)

 (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tanaman)






Oleh

Indah Dewi Saputri
1414121109
Kelompok 1















JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015





 I.                   PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Bioekologi penyakit tanaman merupakan mata kuliah yang amat berpengaruh untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai penyebab penyakit tanaman dan penyakit tanaman itu sendiri. Sebuah dasar yang sangat penting, mengingat urgensinya yaitu mikroorganisme sebagai penyebab sehat dan penyakit, agen pendaur ulang di alam, simbion tanaman penghasil pangan, dll.

Dalam mempelajari Bioekologi penyakit tanaman, tentu saja banyak yang harus di perdalam melalui pengalaman empirik yang bisa di dapat melalui praktikum di laborarorium yang bersangkutan. Untuk Itu mahasiswa harus mengetahui apa itu gejala dan tanda penyakit serta perbedaannya, karena hal ini akan selalu dibahas dalam perkuliahan bioekologi penyakit tumbuhan.

Dalam kegiatan praktikum kali ini mahasiswa diberi kesempatan untuk dapat mengenal dan mengetahui morfologi patogen secara mikroskopis, dan mempelajari cara-cara penularan penyakit.

1.2              Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.        Mengenal dan mengetahui morfologi patogen secara mikroskopis
2.        Mempelajari cara-cara penularan penyakit (Inokulasi buatan)


II.                METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1              Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini adalah pada tanggal 20 Oktober 2015, pukul 13.00 - 15.00 WIB di laboratorium ilmu penyakit tanaman jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung.

2.2              Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, mikroskop majemuk, kaca preparat, jarum pentul, dan pipet tetes, nampan, sedotan, selotip, tisu, plastik wrap, gabus plastik, dan jarum ose.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah air dan biakan hasil isolasi.

2.3              Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
      1.      Nampan disiapkan dan diletakan tisu yang sudah dibasahi dengan air
      2.      Setelah itu diletakan sedotan diatas tisu basah tersebut
      3.      Cabai sehat diambil, dan dilukai 3 diantaranya.
      4.      Biakan hasil isolasi sebelumnya diambil dan diletakan di atas cabai sehat, lalu direkatkan dengan selotip.
      5.      Nampan ditutup menggunakan plastik wrap
      6.      Dilakukan pengamatan sebanyak tiga kali dan dicatat hasilnya.



III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1              Hasil Pengamatan

Berikut hasil yang kami dapatkan :

3.1.1        Pengamatan Mikroskopis
No
Foto
Gambar
Keterangan
1

Hifa Colletotricum truncatum berbentuk bulan sabit bersekat.
2

Biakan berwarna hijau yang ditemukan bersama dengan patogen, diduga adalah jamur Tricoderma sp

3.1.2        Pengamatan Inokulasi Patogen

No
Foto
Keterangan
1
Pengamatan pertama, belum terlihat perubahan pada cabai dan patogen yang diinokulasi.
2
Terlihat konidia berwarna putih, namun masih sedikit.
3
Konidia tersebut semakin terlihat jelas, namun tidak tampak perubahan lainnya pada cabai dan patogen. Tisu yang ada dinampan sudah kering, sehingga keadaan tidak lembab.



1.1              Pembahasan

A.                Tahapan Postulat Koch

Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu.  Kritera ini dikenal dengan Postulat Koch, yang menjadi garis penunjuk dan sampai kini masih dipakai dalam mencari bukti bahwa suatu penyakit disebabkan oleh jasad renik tertentu.

Postulat koch, langkah-langkah kerjanya:
1.  Patogen harus selalu didapatkan berasosiasi dengan tanaman sakit
2.  Patogen dari tanaman sakit harus dapat diisolasi dan ditumbuhkan pada media
     biakan murni
3.  Patogen yang tumbuh pada biakan murni harus dapat direinokulasikan dan
     ditumbuhkan pada tanaman yang sakit terdahulu
4.  Patogen pada tanaman sakit akibat reinokulasi harus dapat di reisolasi dan
    dapat ditumbuhkan pada biakan murni

Isolasi patogen adalah proses pengambilan patogen dari lingkungan asalnya dan menumbuhkan di medium buatan sehingga diperoleh biakan murni.
Dilihat dari praktikum yang kita lakukan sama halnya yang dijelaskan dalam definisi isolasi, kita mengambil tanaman yang mempunyai gejala dan tanda penyakit lalu di isolasi ke media biakan murni kemudian hasil isolasi tersebut diamati di bawah mikroskop, amati bentuk, warna dan ciri-ciri mikroba tersebut.
Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri dan cendawan penyebab berbagai penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun). Postulat – postulat tersebut diatas berlaku untuk patogen yang bukan tergolong ke dalam parasit obligat.
Untuk melaksanakan postulut Koch diperlukan cara bekerja khusus :
1.  Isolasi penyebab penyakit dari bagian koch tanaman yang sakit dan
     mengadakan pembiakan murni.
2. Mempelajari sifat-sifat penyebab penyakit dalam biakan murni (Epi, 2009).

Teknik Postulat Koch meliputi empat tahapan, yaitu asosiasi, isolasi, inokulasi, dan reisolasi. Asosiasi yaitu menemukan gejala penyakit dengan tanda penyakit (pathogen) pada tanaman atau bagian tanaman yang sakit. Isolasi yaitu membuat biakan murni pathogen pada media buatan (pemurnian biakan). Inokulasi adalah menginfeksi tanaman sehat dengan pathogen hasil isolasi dengan tujuan mendapatkan gejala yang sama dengan tahap asosiasi. Reisolasi yaitu mengisolasi kembali patogen hasil inokulasi untuk mendapatkan biakan patogen yang sama dengan tahap isolasi (Adnan, 2009).

B.                 Konidia Colletotricum truncatum

Konidium hialin, berbentuk tabung silindris, ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit. Jamur membentuk banyak klerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan. Daur penyakit ini awalnya jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji kemudian menginfeksi biji. Nantinya jamur akan menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah sakit. Jamur menyerang daun dan betang, nantinya dapat menginfeksi buah-buah. Tanaman yang sedang tumbuh jarang diserang oleh jamur, tetapi memakaitanaman ini untuk bertahan sampai terbentuk buah hijau. Jamur juga dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Semangun, 1989). Menurut Eric Mckenzie (2013) Konidia Colletotrichum capsici berwarna abu-abu keputihan, melengkung seperti bulan sabit dan berakhir meruncing pada kedua ujungnya.

C.                 Hasil Pengamatan

Pada pengamatan secara mikroskopis ditemukan bahwa colletoricum truncatum memiliki hifa yang berbentuk bulan sabit bersekat, dan berwarna putih kemerahmudaan karena masih muda. Pada umumnya konidia patogen ini berwarna abu-abu keputihan. Sedangkan pada percobaan inokulasi patogen, ditemukan bahwa pada hari pertama belum terlihat perubahan pada cabai yang diinokulasi, pada pengamatan kedua ditemukan konidia berwarna putih, dan pada pengamatan ketiga, konidia tersebut semakin terlihat jelas.

Pada percobaan ini, hasil inokulasi tidak terlihat begitu jelas, karena keadaan nampan yang kurang lembab. Selain itu selotip yang digunakan juga terlepas beberapa saat setelah proses inokulasi.


IV.             KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum kali ini adalah :
1.      Hifa Colletotricum truncatum berwarna merah muda saat masih muda dan berwarna abu-abu keputihan setelah tua.
2.      Pada inokulasi buatan, patogen masuk melalui lubang yang dibuat memalui pelukaan.






DAFTAR PUSTAKA


Adnan, Abdul Muin. 2009. Ilmu Penyakit Tumbuhan Dasar. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman IPB

Epi.  2009.  Teknik Isolasi http://www.scribd.com/ Diakses pada tanggal 2
Oktober 2015. Pukul 19.00 WIB

McKenzi, Eric. 2013.Colletotrichum capsici. http://www.padil.gov.au/maf-border/pest/main/143014/51022 Diakses pada tanggal 2
Oktober 2015. Pukul 19.00 WIB

Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.




PENGENALAN ORDO ORTHOPTERA, THYSANOPTERA, DIPTERA, DAN COLEOPTERA

(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tanaman)






Oleh
Indah Dewi Saputri
1414121109














LABORATORIUM ILMU HAMA TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015




I.                   PENDAHULUAN


          1.1              Latar Belakang

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981).

Pracaya (2008), menyatakan bahwa bentuk sayap setiap golongan serangga berbeda-beda sehingga dijadikan penentu dalam pengklasifikasian serangga. Umumnya akhiran kata nama ordo serangga ada kata ptera yang berarti sayap. Misalnya diptera (lalat) yang berarti serangga bersayap dua, coleoptera (kumbang) adalah serangga yang bersayap penutup.lepidoptera (kupu-kupu) adalah serangga yang sayapnya berisik, hemiptera (kutu busuk) adalah serangga yang bersayap setengah, hymenoptera (lebah) adalah adalah serangga yang bersayap selaput (membran), dan orthoptera (belalang) adalah serangga yang bersayap lurus.

Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Untuk dapat menanggulangi hama yang menyerang tanaman, petani harus mengenali serangga/ hama tersebut. Oleh sebab itu, mahasiswa Agroteknologi wajib untuk mengetahui dan mengenal ordo serangga yang menjadi hama tanaman. Setelah

melakukan praktikum ini diharapkan mahaiswa dapat memahami perbedaan dari keempat ordo yang dikenalkan.

          1.2              Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
     1.    Mengetahui contoh dari serangga dari ordo yang dikenalkan
     2.    Mengetahui perbedaan dari paurometabola, holometabola dan ametabola




II.                METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1  Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1.      Penggaris
2.      Pena
3.      Kertas
Sedangkan bahan yang digunakan adalah :
1. Spesimen dari serangga ordo ortoptera, thysanoptera, diptera, dan coleoptera

2.2  Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah :
1.      Spesimen diamati, lalu dicatat, digambar, dan diamati ciri cirinya.


III.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1              Hasil Pengamatan

Berikut hasil dari pengamatan yang kami lakukan :
No
Nama
Foto
Gambar
1
Belalang (Valanga nigricornis)
Ordo: Orthoptera
Famili: Acrididae
 

2
Cocopet (Chelisoches morio)
Ordo: Dermaptera
Famili: Chelisochenidae

 

3
Thrips (Thrips sp)
Ordo: Thysanoptera
Famili: Thripidae








4
Penggerek Buah Kopi (Hyponemus hampei)
Ordo: Coleoptera
Famili: Curculionidae



5
Penggorok Daun (Liriomiza sp)
Ordo: Diptera
Famili: Agromyzidae
 


           1.1              Pembahasan

1.1.1        Orthoptera
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memiliki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. 

Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). 

Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.) (Arief, 1994).

1.1.2        Dermaptera
cocopet yang merupakan predator hama kumbang janur kelapa (Brontispa longissima, Plesispa reichei) (Jelfina C.A dkk., 2004; Jelfina C.A. 2009). Selain kumbang janur, cocopet juga merupakan predator dari beberapa hama lain seperti  Lalat buah pisang (Bactrocera musae, banana fruit fly), Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus), Brontispa sp, Peregrinus maidis (corn planthopper) dan kepik penghisap buah lada (Dasynus piperis).

Siklus hidup cocopet (C. morio) kurang lebih 35,5 hari, seekor betina dapat menghasilkan telur 200-300 butir dengan perbandingan seks rasio 1:1. Stadia nimfa mengalami 5 instar. Kebanyakan jenis cocopet aktif pada malam hari dibandingkan pada siang hari. Stadia nimfa 3, 4 dan imago sangat aktif dan rakus .Informasi kemampuan memangsa cocopet sebagai predator hama kelapa sangat penting diketahui. Selain untuk menunjukkan potensi dan manfaatnya sebagai pengendali hayati, juga dapat memberikan gambaran tentang cara perbanyakan dengan metode sederhana

1.1.3        Coleoptera
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah , umumnya mandibula berkembang dengan baik.

 Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong (pupa) - dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah : Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L) Kumbang janur kelapa ( Brontispa longissima Gestr) Kumbang buas (predator) Coccinella sp (Jumar. 2000).

1.1.4        Diptera
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ). Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding 

Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. 

Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.) Kepik hijau ( Nezara viridula L) (Sudarmo, 1995)

1.1.5        Thysanoptera
Thrips pada cabe termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci. Pada sub ordo  ini terdapat ovipositor  yang  berfungsi untuk  menusuk  dan  meletakkan telur kedalam jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/ setengah sempurna yaitu mulai dari telur, kemudian nimfa muda berwarna putih atau kuning, baru stelah itu menjadi thrips dewasa sebelum mengalami dua sampai empat instar. Thrips dapat berkembang biak secara generatif (kawin) maupun vegetatif melalui  proses Phartenogenesis,  misalnya  thrips  yang  mengalami phartenogenesis adalah Thrips tabaci yang menyerang tembakau. Perkembangbiakan secara phartenogenesis akan menghasilkan serangga-serangga jantan. Menurut  Kalshoven (1981) bahwa imago  betina Thrips dapat  meletakkan telur sekitar 15 butir secara berkelompok kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubasi telur sekitar 7 hari.

Telur  dari hama  ini berbentuk  oval atau  bahkan  mirip  seperti ginjal pada manusia, imago betina akan memasukkkan telurnya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang besar,dengan rata-rata 80 butir tiap induk. letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur  ini akan menetas sekitar 3 atau7 hari setelah pelatakan oleh imago betina.

Bila kondisi menguntungkan dan makanan cukup tersedia, maka seekor trips betina mampu meletakkan telur 200–250 butir. Telur berukuran sangat kecil, biasanya diletakkan di jaringan muda daun, tangkai kuncup dan buah. Thrips muda atau nimfa akan berwarna putih pucat atau pucat kekuningan sampai kepada berwarna jernih. Biasanya Thrips muda ini gerakannya masih sangat lambat dan pergerakannya hanya terbatas pada tempat dimana dia memperoleh makanan. Nimfa terdiri dari empat instar, dan Instar pertama sudah mulai menyerang tanaman. sayap baru akan terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari.
Nimfa trips instar pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit.

Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat. Pada akhir instar ini, trips biasanya mencari tempat di tanah atau timbunan jerami di bawah kanopi tanaman. Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti Telur serta instar 1-4 sampai imago hama Thrips

Imago akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap  yang  ukurannya relatif panjang  dan  sempit,  imago  ini  tubuhnya  berwarna kuning pucat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina  dapat  bertelur  sampai  80  butir  yang diletakkannya  ke  dalam  jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam.
Pada Imago, panjang sayap melebihi panjang perutnya. Ukuran trips betina 0,7–0,9 mm, trips jantan lebih pendek. Dalam satu tahun terdapat 8–12 generasi. Pada musim kemarau, perkembangan telur sampai dewasa 13–15 hari dan stadium dewasa berkisar 15–20 hari. bila suhu di sekitar tanaman meningkat, maka trips akan berkembang sangatcepat.

Pada  permukaan  daun  akan  terdapat  bercak-bercak  yang  berwarna  putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka daun akan memutih seluruhnya mirip seperti warna perak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga terdapat bisul-bisul. Kotoran- kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman yang diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja tumbuh, bunga serta buah cabai yang masih muda.

Tanaman cabai yang pertumbuhannya lemah sering sekali mendapat serangan, hal ini dikarenakan ketebalan epidermisnya yang kurang atau tidak normal. Maka akan terjadi pertumbuhan yang abnormal sehingga pembentukan bunga dan buah akan terhambat. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa hama Thrips ini sudah menyerang tanaman cabai dimulai saat nimfa sampai kepada imago. Artinya begitu telur menetas menjadi nimfa maka akan langsung menghisap cairan tanaman. Nimfa biasanya bergerak jauh lebih lambat daripada imago, hal ini penting untuk membedakan antara imago  dengan nimfa, Kotoran hama ini yang  berbentuk  seperti tetes hitam dapat menutupi  jaringan  daun  yang  diserangnya  sehingga  daun  berubah  menjadi  hitam (Lutfi,2011). 



IV.             KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1.      Cocopet adalah serangga dari ordo dermaptera, belalang berasal dari ordo orthopter, Thrips dari ordo thysanoptera, penggerek buah kopi dari ordo coleoptera, dan penggorok daun dari ordo diptera.
2.      Paurometabola adalah metamorfosis tidak sempurna, Holometabola adalah metamorfosis sempurna, dan serangga ametamorfosis berarti tidak melalui proses metamorfosis. Perubahan yang terjadi hanya pada ukuran.




DAFTAR PUSTAKA


Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional: Surabaya.

Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius: Yogyakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta

Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Direvisi dan ditranslate oleh P. A. Vand der Lann. Ikhtiar Baru, Van Haeve Jakarta.
Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta

Jelfina C. Alouw, F. Tumewan dan M.L.A Hosang. 2004. Pengendalian Hayati Hama Kumbang Bibit Kelapa Plesispa reichei (Chapuis) (Coleoptera: Chrysomellidae). Makalah Pertemuan Pengembangan Teknologi Perlindungan Perkebunan Regional Kalimantan T.A. 2004. Proyek Proteksi Tanaman Perkebunan Kalimantan Barat, Pontianak. 2004.

Lutfi,2011, THRIPS (Thrips Sp), http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/08/thrips-thrips-sp.html, diakses pada tanggal 12 Oktober 2015, pukul 19.00 WIB


 
Envy White Rose Blogger Template by Ipietoon Blogger Template